Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia meminta masyarakat tak terlalu meresahkan keberadaan gerakan ISIS di Indonesia. Wakil Ketua Eksternal Komnas HAM, Siane Indriani mengatakan, adanya isu ancaman teror di Surabaya adalah bentuk adu domba umat beragama di Indonesia.
Menurut Indri, karakteristik Islam kultural di Indonesia membuat paham radikal seperti ISIS bakal susah berkembang. "ISIS tidak akan laku di Indonesia karena umat Islam di Indonesia itu sangat kultural," kata Siane saat menyampaikan laporan akhir tahun di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis (8/1).
Ia mencontohkan soal kabar ISIS yang berencana menghancurkan Ka'bah karena membuat umat Islam menyembah selain Allah. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan umat Islam di Indonesia. Menurutnya, umat muslim Indonesia sangat memegang teguh adat istiadat keagamaan. "Bahkan kalau bisa mungkin satu tahun sekali mereka berangkat ke Mekkah untuk naik haji," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan 12 WNI yang sempat ditangkap Polisi Malaysia beberapa waktu karena akan pergi ke Suriah dinilai Indri bukan untuk bergabung dengan ISIS. Enam dari 12 WNI itu adalah warga Surabaya. Lima di antaranya menurut Siane adalah perajin emas.
"Tidak mungkin mereka mau ikut ISIS. Mereka hanya mencari kehidupan yang lebih baik di Arab," kata Indri.
Karena itu Indri menyarankan agar Indonesia berhati-hati menanggapi isu ini, terutama masalah
travel warning yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat dan Australia ke Surabaya dan beberapa kota lain. Lebih jauh, ia menduga ada pengaturan isu dari pihak luar yang ingin mengadu domba umat beragama di Indonesia. "Oleh karena itu, Indonesia harus berhati-hati menanggapi," kata Indri.
(sur/sur)