EVAKUASI AIRASIA

Delapan Hari Mencari Badan Burung Besi

Aulia Bintang Pratama | CNN Indonesia
Senin, 12 Jan 2015 13:58 WIB
Awak Kapal MGS Geosurvey sempat patah arang. Badan pesawat yang ditelan lautan tak kunjung terlihat. Baru hari ke-8 ekor pesawat bisa ditemukan.
Kapal Mahakarya Geo Survey menjadi salah satu kapal yang ditugaskan mencari kotak hitam QZ8501. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)
Pangkalan Bun, CNN Indonesia -- Kecewa. Itulah ekspresi wajah para surveyor di Kapal MGS Geo Survey saat mengetahui objek sebesar 17 meter yang terdeteksi multibeam echosounder dan sidescan sonar, Minggu (4/1) lalu. Objek itu ternyata bukan bagian Pesawat AirAsia QZ8501. Sudah hampir sepekan di Selat Karimata dan Laut Jawa, tim itu belum lagi mendapat hasil.

Muhammad Aga Ridha Aldila, Ketua Tim Survey Gabungan itu meski kecewa mencoba tetap tersenyum. Lelaki lulusan Teknik Geodesi, Institut Teknologi Bandung (ITB) itu berupaya memompa semangat dan membesarkan hati para awak kapal.  "Jadi ini memang ada objek tapi bukan objek yang sedang kita cari," kata Aga pada para kru kapal itu.

Aga menyimpulkan hal itu setelah melihat hasil video dari Remotelly Operating Vechicle (ROV). Lalu ditambah keterangan dua penyelam yang melihat langsung objek di dasar laut. Ia juga telah berdiskusi dengan awak kapal dan komandan tim penyelam TNI Angkatan Laut Mayor Marinir Profs Dhegratmen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gambar yang diambil oleh ROV saat itu memang memperlihatkan tiga objek mencurigakan. Satu berbentuk seperti bongkahan bulat, lalu ada objek berwarna kuning cerah, dan satu lagi sebuah besi memanjang. Tapi salah satu surveyor, Wahyu, agak curiga dengan besi itu.  "Saya lihat di besi itu sudah tumbuh sigrud. Tanaman ini tidak mungkin tumbuh sebelum sebulan," ujar Wahyu. Dia sudah berkecimpung di dunia survey laut hampir 14 tahun.

Tapi gambar itu tetap harus diperiksa ulang ke objeknya. Maka demi meyakinkan para surveyor, dua penyelam TNI AL, Sersan Mayor Bovlen Sirait dan Sersan Kepala Oo Sudarna diterjunkan ke dasar laut Selat Karimata.

Tapi hasilnya sama saja. Setelah menyelam selama satu jam, keduanya akur menyimpulkan objek itu bukanlah bangkai Pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang pada Minggu pagi (28/12) lalu. "Ada kandungan logam di objek itu tapi sudah ditumbuhi karang dan koral," ujar Bovlen pada CNN Indonesia. Ia memperkirakan objek itu adalah bangkai kapal dan sudah terpendam sekitar dua tahun di dasar laut.
Tim penyelam gabungan TNI Angkatan Laut menarik dua jenazah korban jatuhnya Pesawat AirAsia QZ8501 dari dasar laut, Jumat (9/1). (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)

Hasil nihil itu sempat membuat semangat tim meredup. Apalagi mereka belum tahu kapan misi pencarian ini akan selesai. Badan SAR Nasional sebagai koordinator juga tak memberi arahan lebih lanjut setelah objek temuan itu ternyata tak sesuai harapan.

Senin malam (5/1) tiba-tiba Aga mengatakan Basarnas telah memberikan koordinat baru pada kapal MGS Geosurvey, dan meminta tim untuk melakukan pencarian di sana. Koordinat itu berjarak sekitar 84 km ke arah barat laut dari lokasi ditemukannya objek 17 meter tersebut.

"Tampaknya sudah masuk area empat, namun kita tidak mendapat data-data apakah di sana ada objek atau tidak," ujar Aga saat itu.

Selasa dini hari (6/1) sekitar pukul 3.00 WIB kapal sudah sampai ke lokasi. Para awak kapal segera memindai kembali dengan multibeam dan sidescan. Tapi sayangnya pencarian seharian itu lagi-lagi nihil. Tidak ada temuan berarti di lokasi itu.

Misi pencarian kembali buntu. Seorang surveyor Dodik Parulian Silalahi yang juga koordinator keamanan dan keselamatan tim survey mengatakan misi kali ini cukup meletihkan. "Biasanya kita survey beberapa lini terus selesai dan pulang. Namun sekarang satu lini belum selesai bisa disuruh bergeser ke koordinat lain," ujarnya sembari menyantap hidangan makan pada Selasa siang itu.

Sepekan hampir telah berlalu. Persediaan makanan di kapal pun menipis. Memang target awal logistik dipersiapkan hanya untuk tujuh hari perjalanan. Itu sudah termasuk perjalanan pulang pergi Jakarta-Selat Karimata.

Selasa malam (6/1) Aga dan Dodik mengumpulkan para awak media untuk menginformasikan perihal perpanjangan waktu survey. Waktu perpanjangan ditetapkan selama tiga hari.

"Kita akan pulang pada Jumat (9/1), ini jadi posisi akhir dalam melakukan survey," katanya saat berbincang di muster station kapal. Saat mengatakan itu pun wajah Aga dan Dodik terlihat sangat lesu tidak ada pancaran semangat seperti di awal proses pencarian.

Tambahan pasokan logistik rencananya akan dihantarkan oleh helikopter. Jadi kapal belum akan bersandar ke Pangkalan Bun atau Semarang.

Kejutan Rabu

Dua alat andalan kapal itu multibeam dan sidescan menangkap objek berdimensi 10x5x3 meter di dasar laut pada Rabu pagi (7/1). "Bentuknya seperti kubus dan menancap di permukaan dasar laut," ujar Aga.
Tim survey sedang mencoba menurunkan Remotelly Operating Vechicle ke dalam air, Sabtu (3/1). (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)


Rabu pagi pukul 10.00 WIB penyelam diturunkan di koordinat 3 derajat 38 menit 39 detik lintang selatan 109 derajat 43 menit 45 detik bujur timur. Lokasi itu berjarak 128 km dari Pangkalan Bun dan 188 km dari Pulau Belitung.

Setelah 35 menit menyelam, penyelam naik ke permukaan. Mereka melambaikan tangan seolah-olah menemukan harta karun di dasar laut. Gerakan para diver dari permukaan laut itu sontak menarik perhatian para awak kapal. Semua penasaran ngin mengetahui apa objek yang mereka temukan di dasar laut.

Semua orang berlarian ke arah dek bawah kapal, orang-orang yang memegang alat komunikasi (HT) sibuk meminta penjelasan, dan akhirnya muncul celetukan yang berkata "positif".

Ucapan tersebut langsung mengubah rona wajah dari seluruh awak kapal, mulai dari kapten, tim survey, anggota TNI AL, bahkan awak media. Wajah sedih mendadak hilang dan berubah menjadi luapan kesenangan sekaligus kelegaan.

"Kita akan briefing untuk menentukan apakah itu benar objek yang kita cari atau bukan. Saya minta rekan media untuk jangan memberitakan terlebih dahulu," kata Aga pada awak media. Sejumlah wartawan, termasuk CNN Indonesia sejak Rabu (31/12) lalu memang ikut bertualang di Kapal MGS Geosurvey. Perjalanan kapal mencari kotak hitam QZ8501 dimulai dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Penyelam TNI Angkatan Laut Sersan Mayor Bovlen Sirait mengatakan telah mengambil foto dari objek, dan menegaskan itu adalah bagian QZ8501. "Terdapat tulisa huruf I dan A, ada juga warna merah dan putih yang terlihat masih licin dan baru," kata Bovlen sembari memperlihatkan foto yang dia ambil di dasar laut.

CNN Indonesia melihat langsung foto itu melihat ada tulisan "Air" dengan warna merah putih khas AirAsia, serta stiker "fly" yang merupakan salah satu kata dari slogan AirAsia terlihat pada foto-foto yang diambil oleh Bovlen.

"Beberapa bagian memang sudah remuk dan rubuh tapi masih ada rongga yang terlihat. Kami meyakini itu bagian ekor pesawat," kata penyelam lain Sersan Kepala Oo Sudarna.

Keyakinan Sudarna dan Bovlen cukup beralasan. Pada bagian lain peswat itu ditemukan stiker bertuliskan AX dan PK. Artinya pesawat tersebut berasal dari Indonesia. Di maskapai AirAsia, stiker tersebut memang terletak di bagian belakang pesawat.

Setelah mendengar penjelasan dari dua penyelam, Aga sebagai Komandan Tim Gabungan dan Profs selaku komandan penyelam kompak menyatakan objek itu merupakan objek yang mereka cari. "Kita bisa meyakinkan objek terverifikasi sebagai bagian pesawat dan kemungkinan ekor," ujar Aga.

Setelah mendengar keputusan itu seluruh awak langsung mengumpulkan tangan di satu tempat, dan bersorak kegirangan. Semua orang menyalami Bovlen dan Sudarna bak seorang pahlawan.

Raut wajah Aga pun terlihat cerah kembali, dan tak berhenti tersenyum. Semua orang berpelukan karena keberhasilan ini adalah hasil kerja tim. "Terima kasih sebelumnya atas kerjasama semua pihak," ujar Sersan Kepala Sudarna pada semua awak kapal. (sur/nez)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER