PENCEGAHAN PENYAKIT

Stigma jadi Hambatan Terbesar Berantas Kusta di Indonesia

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Senin, 19 Jan 2015 01:26 WIB
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Sigit Priohutomo, berpendapat stigma membuat penderita enggan menjalani pengobatan.
Ilustrasi Penyakit Kulit
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Sigit Priohutomo, berpendapat stigma terhadap penderita kusta yang berkembang di masyarakat merupakan hambatan terbesar dalam memberantas penyakit tersebut.

"Selama ini kusta dianggap sebagai penyakit yang memalukan. Beberapa penderita kusta kerap memandang rendah diri sendiri dan tidak mau bersosialisasi," kata Sigit saat konferensi pers di Gedung Kemenkes, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (16/1).

Hal senada juga diungkapkan Ketua Komite Ahli Eliminasi Kusta Dan Eradikasi Frambusia Kemenkes, Hariadi Wibisono. "Masih banyak pandangan keliru mengenai penyakit kusta. Kusta itu bukan penyakit keturunan. Bukan pula disebabkan kutukan atau guna-guna," katanya.

Karena adanya stigma tersebut, Sigit menjelaskan penderita kusta kerap mengalami perlakuan diskriminatif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beberapa dari mereka dikeluarkan dari pekerjaan serta tidak bisa menikah karena ditolak calon mertua. Yang lebih lucu lagi, ada yang ditolak memberikan suara dalam Pemilu," ucapnya.

Penolakan di tempat umum juga kerap dialami penderita kusta, seperti di sarana transportasi publik, tempat makan, tempat ibadah, serta sekolah. "Ada juga yang diceraikan pasangannya," kata Sigit.

Adanya stigma tersebut, kata Sigit, membuat penderita kusta sulit diobati. Perasaan malu menjadi alasannya. "Mereka takut penyakitnya diketahui masyarakat umum," kata Sigit.

Padahal, bila dicegah secara dini, penderita kusta bisa sembuh dan tidak akan mengalami kecacatan. Sayangnya, masih banyak penderita dan keluarga penderita yang enggan menjalani pengobatan.

"Dua tahun lalu, saya lihat tukang sampah di dekat rumah saya ada gejala kusta seperti bercak putih. Saya curiga itu kusta dan ternyata benar. Namun, dia tidak mau diobati," kata Hariadi bercerita.

Padahal, menurut Hariadi, masyarakat tidak perlu takut pada penderita kusta. Ia menjelaskan kontak dengan penderita kusta tidak langsung membuat seseorang tertular kusta. "Secara statistik, hanya lima persen saja yang akan tertular," kata Hariadi.

Ia menuturkan, dari 100 orang yang mengalami kontak dengan penderita kusta, 95 di antaranya tetap sehat. Hanya tiga orang yang tertular dan sembuh sendiri tanpa obat. Sedangkan dua orang lainnya sakit dan perlu pengobatan.

"Penularan kusta melalui pernapasan, biasanya kepada orang lain yang kontak lama dengan penderita, seperti orang yang tinggal serumah atau tetangga dekat," katanya.

Berdasarkan data yang diperoleh Kemenkes, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan jumlah kasus baru kusta pada 2012. Ada sebanyak 18.994 kasus baru kusta di Indonesia.

Sementara itu, 14 provinsi di Indonesia masih memiliki jumlah kasus kusta yang terbilang tinggi, seperti diantaranya Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Papua Barat, Gorontalo, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan.

Sementara, peringkat pertama diduduki oleh India dengan jumlah 134.752 kasus. Di peringkat kedua, ada Brasil dengan angka 33.303 kasus. Di bawah Indonesia, ada Bangladesh dengan 3.688 kasus dan Kongo dengan 3.607 kasus. (utd/sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER