Maybong, Ziarah ala Tionghoa di Hari Imlek

Ranny Virginia Utami | CNN Indonesia
Kamis, 19 Feb 2015 21:00 WIB
Hio dan wewangian menjadi yang utama yang dibawa oleh para peziarah. Bukan taburan bunga.
Warga keturunan Tionghoa melakukan ziarah kubur atau dikenal dengan istilah Maybong, di Pemakaman Rawa Kucing, Tanggerang, Banten, Kamis, 19 Februari 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Etnis Tionghoa menjadi satu warna tersendiri bagi Indonesia. Asimilasi tradisi dan budaya yang mereka bawa dari Tiongkok dengan budaya di Indonesia, membuatnya menjadi bagian dari budaya tradisional Indonesia.

Meski saat ini tradisi mereka sudah membias karena perbedaan generasi, namun masih ada sisa-sisa ritual yang melekat dan masih dilakukan oleh etnis ini. Salah satunya berziarah ke makam leluhur, atau disebut Maybong, yang dilakukan pada saat perayaan Tahun Baru China atau Imlek.

Ritual Maybong sendiri sedikit berbeda dengan ziarah pada umumnya. Jika ziarah biasa identik dengan bunga tabur, namun untuk Maybong lebih identik dengan hio dan wewangian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, keluarga Tionghoa yang berziarah ke makam leluhur juga biasanya tidak sekadar datang untuk berdoa. Usai berdoa kepada arwah yang telah tiada, mereka menyempatkan diri untuk bercengkarama di pelataran makam, yang biasanya dibuat cukup luas tersebut.

Di sana mereka asik duduk berbincang satu sama lain sambil menikmati buah-buahan atau kue-kue kecil yang mereka bawa dari rumah.

Seperti yang dilakukan oleh Wie Kung Huei. Pria usia 40 tahun ini menjalani ritual Maybong di pemakaman Rawa Kucing, Tangerang, bersama dengan keluarga besarnya.

Pria yang akrab disapa Ahuei ini mengaku datang ke pemakaman kedua orang tuanya pukul 08.00 WIB. Namun, akibat cuaca yang mendung dan sedikit gerimis, akhirnya keluarga besar Ahuei memutuskan untuk pulang setelah kurang lebih 15 menit berdoa dan berkumpul di pelataran makam.

"Biasanya kami di sini bisa menghabiskan waktu 30-45 menit atau bahkan sejam hanya sekadar mengobrol santai," ujar Ahuei, Kamis (19/2).

Pemakaman Rawa Kucing adalah satu dari sekian pemakaman etnis Tionghoa yang ada di Tangerang. Beberapa keluarga yang merayakan Imlek juga tampak melakukan ritual Maybong ke makam leluhur mereka di sini.

Tahun Baru Imlek memang biasa dimanfaatkan oleh etnis Tionghoa untuk berkumpul bersama sanak keluarga. Bahkan ada yang rela jauh-jauh datang dari perantauan ke kampung halaman hanya untuk merasakan hangatnya nuansa kekeluargaan.

Umumnya, mereka sudah berkumpul pada malam Tahun Baru untuk menikmati perjamuan makan malam di kediaman pihak yang dituakan dalam keluarga. Namun, ada pula yang pergi beribadah ke Kelenteng atau Bio, dan juga Vihara.

Perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia dirayakan oleh umat Tri Dharma, yang terdiri dari tiga ajaran yaitu Lo Cu, Buddha dan Khong Hu Cu. Ketiga ajaran ini merupakan bentuk kepercayaan etnis Tionghoa yang telah mengakar budaya dalam sejarah Tiongkok sendiri. (meg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER