Jakarta, CNN Indonesia -- Smailing Tour, penyelenggara jasa tur domestik dan mancanegara yang berbasis di Jakarta, telah beroperasi selama 39 tahun. Chief Operating Officer Smailing Tour Davy Batubara mengatakan, selama ini belum pernah ada kasus wisatawan yang memisahkan diri dari rombongan tur, sebagaimana yang terjadi pada 16 warga negara Indonesia (WNI) di Turki.
Menurut Davy, orang yang menggunakan jasa tur umumnya belum pernah pergi ke wilayah atau negara yang dituju. "Ini baru pertama kali. Kami beranggapan orang pergi ke sana ya karena sudah membayar mahal untuk tur," ujar Davy ketika ditemui CNN Indonesia di kantornya, Jalan Majapahit, Jakarta, Rabu (11/3).
Merasa mendapat pelajaran berharga, Davy memastikan, Smailing Tour akan melakukan antisipasi agar kejadian tersebut tidak terulang kembali di waktu mendatang. Penyedia jasa tur ini akan memperketat data-data keluarga, seperti nomor telepon dan alamat, jika seandainya terjadi kondisi darurat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Smailing Tour juga akan menambah persyaratan, seperti
copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai prosedur yang wajib dipenuhi calon wisatawan dalam menggunakan jasa turnya. "Sebelumnya tidak karena hanya memakai paspor," kata Davy.
Davy menjelaskan, pemerintah Indonesia saat ini sedang melakukan koordinasi dengan asosiasi penyedia jasa perjalanan (travel agency) untuk menerima masukan tentang langkah preventif yang dibutuhkan untuk melindungi wisatawan pengguna jasa tur.
Diduga Modus BaruHilangnya 16 WNI di Turki telah menimbulkan spekulasi negatif yang mengatakan mereka telah bertolak ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ekstremis ISIS. Meski diakui, Turki dan Suriah adalah dua negara yang berbatasan, namun pemerintah Indonesia tidak mengeluarkan larangan kepada warganya untuk pergi ke Turki.
"Turki tidak akan ditutup. Orang-orang tetap akan pergi ke sana," tutur Davy.
Menurut Davy, Turki merupakan negara yang cukup diminati wisatawan Indonesia. Penggunaan Visa on Arrival (VoA) di negara tersebut menjadi salah satu faktor utama yang menarik wisatawan Indonesia berkunjung ke sana. Apalagi saat ini sedang low season.
Akan tetapi, pemerintah tetap bersiaga untuk menyelidiki kemungkinan dugaan tersebut. Alih-alih kasus ini baru pertama kali terjadi, tidak menutup kemungkinan ini adalah modus baru bagi warga Indonesia yang ingin berjihad ke wilayah Timur-Tengah tersebut.
"Dari Kementerian Luar Negeri mengatakan pihak BIN (Badan Intelijen Negara) melihat mungkin ini modus baru untuk orang-orang pergi ke sana dengan membeli tur. Karena kalau membeli tur, orang tidak akan curiga," ujar Davy.
Smailing Tour merupakan perusahaan penyedia jasa tur dan perjalanan yang berdiri sejak 1976. Berpusat di Jakarta, perusahaan dengan total pegawai sekitar 600 orang ini memiliki delapan cabang yang tersebar di Jakarta dan Bali.
Setiap tahun, Smailing Tour mampu memberangkatkan lebih dari 10 ribu wisatawan dari seluruh penjuru Indonesia ke luar negeri. Berbasis layanan telepon dan email, perusahaan ini menawarkan beragam paket wisata dengan harga yang beragam.
(rdk)