Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyiapkan secara serius putra-putrinya, Puan Maharani dan Prananda Prabowo, untuk menjadi pemimpin masa depan partai. Prananda yang selama ini tak masuk struktur inti pengurus partai, akhirnya diberi tugas sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Ekonomi Kreatif.
Baca:
Akhir Kerja ‘Sunyi’ Prananda Prabowo, Putra Mahkota MegawatiNama Prananda sesungguhnya tak asing di internal partai. Selama ini dia menjabat sebagai Kepala Ruang Pengendali dan Analisa Situasi di DPP PDIP dan menggerakkan partai dari balik layar. Namun perannya yang ‘tersembunyi’ itu membuat nama Nanan kurang diperhitungkan para pengurus partai di daerah sebagai calon pemimpin PDIP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sensus pra-Kongres IV PDIP yang digelar Center for Strategic and International Studies terhadap 467 Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang PDIP, nama Prananda sama sekali tak muncul. Beda dengan adiknya, Puan Maharani, yang dalam sensus itu didukung 25 DPC sebagai ketua umum.
Sensus yang digelar 16-19 Februari itu juga memunculkan nama-nama kader di luar trah Soekarno yang dianggap pengurus daerah layak menjadi ketua umum, yakni Jokowi yang didukung 76 DPC, Ganjar Pranowo yang didukung 14 DPC, dan Pramono Anung yang didukung 11 DPC. (Baca
Sensus CSIS: 147 DPC Tak Lagi Dukung Megawati Ketua Umum PDIP)
Namun konstelasi internal PDIP sudah pasti berubah pasca Kongres. “Penerimaan terhadap Prananda mungkin saja masih lemah di tingkat elite partai karena selama ini dia bekerja di belakang layar. Apalagi dia dulu bawah bayang-bayang Mega, Puan, dan Taufiq Kiemas. Tapi sekarang kondisinya akan berubah,” kata peneliti CSIS Arya Fernandes kepada CNN Indonesia, Senin (13/4).
Dia yakin akseptabilitas Prananda dapat meningkat cepat lima tahun ke depan di internal PDIP. “Situasinya saat ini, Puan lebih banyak beraktivitas di kementerian. Jabatan Puan di DPP pun nonaktif. Maka Mega akan memberikan kesempatan besar kepada Prananda untuk berkomunikasi dengan seluruh lapisan kader,” ujar Arya.
Dari situ, kata mantan peneliti Charta Politika itu, tingkat penerimaan kader dan elite PDIP terhadap Prananda akan naik, dan dia berpeluang besar lepas dari bayang-bayang Megawati dan Puan yang selama ini lebih aktif berkiprah di DPP.
Lagipula peran Prananda di PDIP selama ini pun tak bisa diremehkan. Dia berperan sebagai konseptor yang menyusun strategi untuk partai. “Semacam di Litbang (penelitian dan pengembangan) PDIP,” ujar Arya.
Pengalaman Prananda di bidang teknis itulah yang ke depan akan dipadukan dengan penggemblengan terhadapnya di bidang komunikasi. “Di kepengurusan DPP PDIP saat ini, jika Prananda mau tampil, dia akan lebih bersinar ketimbang Puan karena energi Puan lebih banyak tercurah di pemerintahan,” kata Arya.
Kepastian Puan-Prananda akan memimpin PDIP bersama di masa depan datang dari elite partai itu. Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dan politikus senior PDIP Pramono Anung menegaskan Puan dan Prananda bakal digembleng menjadi pemimpin partai banteng.
Dua cucu Soekarno itu masuk ke pusat struktur PDIP karena hak prerogatif Megawati selaku formatur tunggal yang memilih nama-nama kader untuk ditaruh di kepengurusan DPP. Waktu lima tahun menuju Kongres PDIP 2020, dianggap cukup untuk mematangkan pengalaman dan posisi politik keduanya untuk selanjutnya mengambil alih tongkat kepemimpinan sang ibunda.
(agk)