Jakarta, CNN Indonesia -- Sepi dan gelap. Begitulah kesan yang muncul ketika berkunjung ke rumah bernomor 6-8 di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu malam (20/5).
Rumah yang sempat menjadi pusat perhatian para pengambil kebijakan pada masa Soeharto berkuasa itu sekarang terlihat tak berpenghuni. Tidak ada satu pun keluarga Cendana—begitu sebutan untuk keluarga besar keturunan Soeharto—yang menempati atau rutin mengontrol kediaman Soeharto tersebut saat ini.
"Rumah ini kosong dan hanya dijaga lima sampai enam orang setiap hari. Penjaga bergantian setiap hari. Kalau ada pertemuan keluarga besar Pak Soeharto kalau mau dilaksanakan di sini ya di sini. Tapi tidak tentu kapan rumah digunakan untuk acara-acara keluarga," ujar seorang penjaga eks kediaman Soeharto, Tedjo (57), kepada CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Baca:
Detik Ini 17 Tahun yang Lalu Reformasi Dimulai)
Gelap yang hampir menutupi setiap sudut luar bangunan membuat rumah tersebut menjadi tak tampak lagi seperti kediaman yang pernah ditinggali presiden kedua Indonesia. Hanya tampak lima orang berjaga rutin di halaman luar rumah yang sedang asik dengan kegiatannya masing-masing.
Tedjo yang telah menjaga kediaman mendiang Soeharto sejak 2001 mengatakan, ketika awal dirinya bertugas di rumah Cendana, masih ada keramaian yang menghiasi rumah pada hari-hari tertentu ketika tamu Soeharto datang.
Bahkan mantan prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu mengaku mengetahui ada kunjungan dari beberapa teman dan politisi pasca lengsernya Soeharto 17 tahun lalu.
"Keramaiannya saat itu seperti rumah presiden sekarang, ramai banget. Pak Harto di rumah saja tidak ke mana-mana. Banyak tamu datang, orang-orang dekatnya saja. Politisi banyak datang. Kerabat juga sering datang," ujar Tedjo.
Hobi Soeharto di Pagi HariTedjo mengatakan, setelah lengser Soeharto kerap menjemur badan di bawah terik matahari pagi di beranda rumah Cendana. Aktivitas menjemur badan dilakukan Soeharto jika tidak ada tamu yang berkunjung. "Beliau biasa menjemur badan setiap jam 8 sampai 9 pagi," cerita Tedjo.
Kegiatan tersebut perlahan ditinggalkan Soeharto seiring dengan memburuknya kondisi kesehatan hingga dia berpulang pada 27 Januari 2008. Setelah Soeharto tiada, rumah besar miliknya seakan ikut 'mati' ditinggal sang pemilik.
Menurut Tedjo, tidak ada satu pun anak dan cucu Soeharto yang rutin datang ke rumah Cendana untuk sekedar melihat keadaan atau menginap semalam. "Kosong rumah ini setelah Pak Harto meninggal. Kosong rumahnya, yang ada saya dan para penjaga," ujar Tedjo.
Tedjo pun hanya ditugaskan untuk menjaga wilayah luar kediaman Soeharto dan tidak diperkenankan masuk ke bagian dalam rumah. "Saya hanya ditugaskan jaga di luar. Mau ke dalam tidak bisa. Tapi masih ada sofa-sofa, piring, gelas, di dalam rumah," kata Tedjo.
Kini 17 tahun telah berlalu sejak Soeharto mengumumkan berhenti dari jabatan Presiden. Roda pemerintahan Indonesia telah berubah. Namun Cendana masih tetap menjadi rumah yang menyimpan seribu kenangan tentang sosok Soeharto dan perjalanan bangsa yang bersejarah.
(utd/rdk)