Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi keagamaan Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan penawaran institusi politiknya kepada pemerintah. Hal itu menjadi tujuan dari digelarnya puncak rapat HTI yang digelar di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, hari ini.
Rapat yang merupakan pertemuan akbar dari serangkaian rapat di 36 titik di kota-kota besar di Indonesia itu diharapkan dapat mengedukasi masyarakat soal pentingnya penegakkan agama. Juru bicara muslimah HTI, Iffah Ainur Rochmah, mengatakan minimnya penegakkan agama menjadi penyebab negara masih berkutat dengan masalah kemiskinan.
"Negara saat ini tidak mampu menangani berbagai permasalahan, salah satunya kemiskinan. Maka dari itu kami menawarkan institusi politik untuk menangani berbagai permasalahan Indonesia ini," ujar Iffah kepada CNN Indonesia, Sabtu (30/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iffah mengatakan, HTI berharap negara dapat menyadari pentingnya penegakan khilafah Islam. Khilafah yang dimaksud HTI sama sekali bukan merupakan sebuah ancaman, seperti yang disebut-sebut masyarakat.
Menurutnya, HTI justru ingin menyadarkan kepada publik bahwa permasalahan yang melanda Indonesia sekarang ini adalah akibat negara tidak menjalankan syariat agama. "Negara saat ini seperti sedang dijajah tetapi tidak ada yang sadar. Neoimperialisme," ujar Iffah.
Sekitar 130 ribu jamaah Islam HTI yang berkumpul di Senayan telah berkumpul di kawasan Senayan sejak pagi. Selama rapat berlangsung, jamaah yang hadir di stadion mendengarkan orasi dari para tokoh HTI. "Neoliberalisme!" teriak orator. "Khilafah solusinya!" jawab jamaah yang hadir. Usai rapat, HTI melakukan pawai berkeliling kawasan Gelora Bung Karno, Senayan.
Berbeda dengan ISISMeski menuntut adanya penegakan Islam di Indonesia, Iffah menyatakan tujuan HTI di Indonesia berbeda dengan apa yang dilakukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dia menyebut, khilafah harus mendapat persetujuan dan keikhlasan dari umat tanpa ada paksaan.
"Sementara ISIS kan menduduki satu daerah dan memaksakan kehendak mereka untuk mendirikan khilafah, sedangkan pemerintah di sana belum menyetujui," ujar Iffah.
Iffah mengakui, citra khilafah Islam kini menjadi semakin memburuk setelah kemunculan ISIS di Timur Tengah. Namun, dia sekali lagi menegaskan, khilafah yang ditawarkan HTI berbeda. "Khilafah yang kami inginkan ini tidak akan menafikkan pluralisme yang telah ada di Indonesia," ujar Iffah.
Pada 2011, Iffah mengatakan, HTI telah mengeluarkan sebuah manifesto yang berisikan keinginan mereka untuk mengimplementasikan khilafah di Indonesia. Namun, hingga kini belum ada tanggapan.
(meg)