Solo, CNN Indonesia -- Menteri Sekretaris Negara Pratikno menyebut ada kemungkinan bahwa tanggal 1 Juni menjadi hari besar nasional untuk memperingati Hari Lahirnya Pancasila.
"Ada lah kemungkinan ke sana (dijadikan hari besar nasional), tapi pembahasan mengenai itu kan belum," ujar Pratikno ketika ditemui di The Sunan Hotel, Solo, Jawa Tengah, Selasa (2/6).
Kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat disinggung mengenai permintaan Wali Kota Blitar Muhammad Samanhudi Anwar dan keluarga Soekarno untuk menjadikan 1 Juni sebagai hari besar nasional. Ia berpendapat bahwa pengajuan sebuah tanggal menjadi hari besar nasional itu perlu proses.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perlu tahapan proses, akan diproses," kata Jokowi di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sanan Wetan, Kota Blitar, Senin (1/6).
Pratikno pun sepakat dengan pernyataan Presiden Jokowi itu. Menurut mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) itu, penetapan suatu tanggal menjadi hari besar nasional butuh proses panjang. Lagipula, ia mengaku belum menerima rekomendasi atau surat permohonan secara resmi.
"Kami belum menerima rekomendasi, saya kira ide itu juga sudah berkembang cukup lama," kata dia.
Ia menuturkan, Presiden belum pernah membahas hal tersebut dengannya. "Mungkin dengan menteri yang terkait," ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan sekaligus perwakilan keluarga Soekarno, Puan Maharani, meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menetapkan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
Dalam acara Grebeg Pancasila di Alun-Alun Kota Blitar, Wali Kota Blitar Muhammad Samanhudi Anwar mengungkapkan keinginannya agar pemerintah pusat menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
"Saya harap pemerintah pusat menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahirnya Pancasila," ujar Samanhudi.
Permintaan itu pun disambut baik oleh Puan sebagai perwakilan keluarga Bung Karno. "Sudah saatnya pemerintah pusat menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya Pancasila dan menjadikannya sebagai hari besar nasional," kata dia dalam sambutannya.
Setelah itu, seorang budayawan Blitar membacakan 'Goro-goro'. Acara dilanjutkan dengan sambutan Ketua MPR Zulkifli Hasan sekaligus pembacaan manifesto Gerakan 'Ini Baru Indonesia' yang diharapkan mampu menyadarakan kembali betapa pentingnya nilai-nilai kebangsaan dalam bernegara.
Selain Puan dan Zulkifli, acara ini juga dihadiri oleh Presiden Jokowi, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, sejumlah menteri Kabinet Kerja, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, dan mantan Wakil Presiden Budiono beserta istri.
Dalam pidatonya, Jokowi tak menanggapi permintaan itu. Ia hanya menekankan agar masyarakat mampu mengamalkan butir-butir Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
"Setiap kali saya berada di Blitar, kota kelahiran Proklamator, kota kelahiran Bapak Bangsa kita, Bung Karno, hati saya selalu bergetar," ujar dia.
"Mari kita bersama-sama menghayati semangat yang bersumber pada ide-ide, cita-cita, gagasan, dan harapan besar Bung Karno untuk mewujudkan Indonesia yang merdeka, berdaulat, berdikari, dan berkepribadian," kata dia.
"Mari gunakan momentum Hari Kelahiran Pancasila untuk bersatu-padu, bergandengan tangan, dan bergotong-royong mewujada pancasila untuk bersatu padu, bergandengan tangan, bergotong royong mewujudkan janji-janji Bung Karno," ujar dia menutup pidatonya.
(pit/pit)