Jakarta, CNN Indonesia -- Pemenuhan kesejahteraan prajurit merupakan hal yang tidak dapat dipenuhi Jenderal Moeldoko selama 22 bulan menjabat sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia. Hal tersebut diakuinya usai menyerahkan tongkat komando orang nomor satu di TNI kepada Jenderal Gatot Nurmantyo.
Moeldoko menuturkan, hidup laik prajurit merupakan salah satu cita-cita yang hendak ia rengkuh selama memimpin angkatan bersenjata di Indonesia. Ia berkata sampai akhir masa jabatannya, prajurit TNI tidak bisa dibilang sejahtera.
Jenderal bintang empat ini memaparkan, kesejahteraan masuk dalam unsur-unsur pembentuk prajurit yang profesional. Implementasinya, menurut Moeldoko, prajurit wajib dipelihara negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, Moeldoko mencontohkan, ke depan seharusnya sudah tidak ada lagi janda maupun anak-anak prajurit yang tak memiliki rumah setelah suami atau ayah mereka gugur dalam tugas.
"Negara belum memikirkan ini dengan baik. Mestinya kalau prajurit meninggal di operasi, istri yang ditinggalkannya harus punya rumah. Harus itu. Karena kalau tidak, siapa nanti yang akan mengurusnya," ucap Moeldoko di Markas Besar TNi, Cilangkap, Jakarta, Selasa (14/7).
Saat ini TNI memiliki tiga rencana strategis yang harus diwujudkan pada periode 2015 hingga 2019. Satu dari renstra tersebut mengatur soal peningkatan kesejahteraan prajurit.
Sebelumnya Moeldoko juga telah mengatakan, persoalan kesejahteraan ini merupakan salah satu tugas yang harus dilanjutkan oleh Gatot. "Jadi alutsista harus dipikirkan, kesejahteraan tidak boleh dilupakan," tuturnya Juni lalu.
Gatot menyatakan kesanggupannya melanjutkan apa yang telah dirintis Moeldoko pada periode sebelumnya. Ia berkata, program-program yang dirancang Moeldoko akan disesuaikannya dengan tantangan kekinian.
"Apa yang sudah dilakukan Pak Moeldoko, akan saya lihat dan evaluasi untuk dihadapkan dengan tantangan ke depan," ucapnya. Gatot pun menegaskan, pembangunan TNI harus berkesinambungan.
(hel)