Jakarta, CNN Indonesia -- Putri ketiga Presiden Sukarno, Rachmawati Sukarnoputri, berencana memberikan Sukarno Award kepada Presiden Korea Utara, Kim Jong Un. Kepada CNN Indonesia, Rachma menyebut Kim bukanlah seorang pelanggar hak asasi manusia.
Rachma menuturkan, berbagai tuduhan pelanggaran HAM yang dilakukan Kim sebenarnya dilemparkan oleh negara-negara barat.
"Itu masalah cara pandang saja. Saya juga bisa mengatakan mereka (negara-negara barat) sering melanggar HAM karena mengokupasi negara lain. Mereka juga melakukan hal-hal kontroversial," ujarnya melalui sambungan telepon, Jumat (31/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rachma, berbagai keputusan dan kebijakan yang diambil Kim merupakan upayanya untuk menegakkan eksistensi ideologi Korea Utara.
(Baca juga: Rachmawati Beri Kim Jong Un dan Nicolas Maduro Sukarno Award)Membandingkan Kim dengan ayahnya, pendiri Yayasan Pendidikan Sukarno ini mengungkapkan, Bung Karno yang juga pernah dicap dengan berbagai sebutan negatif: otoriter hingga diktator.
Rachma bertutur, seiring berjalannya waktu, hal-hal negatif tentang Bung Karno pun akhirnya luntur. "Akhirnya masyarakat baru mengerti mengapa pemimpin-pemimpin progresif itu seolah-olah otoriter dan diktator," katanya.
Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk masalah HAM di Korea Utara, Marzuki Darusman, menyatakan negara tersebut bertanggungjawab atas serangkaian serangan meluas terhadap warga sipil mereka.
Mantan Jaksa Agung ini meminta pemerintah komunis yang dipimpin Kim membebaskan sekitar 80 ribu tahanan politik sekaligus membubarkan kamp-kamp tahanan.
Sukarno Award pertama kali diberikan kepada tokoh-tokoh dunia yang memiliki pemikiran seperti Bung Karno pada tahun 2001. Saat itu, penghargaan yang digagas Yayasan Pendidikan Sukarno diadakan untuk merayakan peringatan 100 tahun Bung Karno.
Rachma mengatakan, mayoritas penerima award itu awalnya adalah tokoh-tokoh di balik penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika. Presiden pertama India Jawaharlal Nehru dan Presiden pertama Korea Utara, Kim Il Sung, merupakan dua di antaranya.
Rachma mengaku belum akan menjadikan pemberian Sukarno Award sebagai ajang tahunan. Ia mengaku kesulitan mencari tokoh dunia yang bercita-cita serupa ayahnya.
"Penghargaan ini tidak bisa dipatok waktu. Dinamika perpolitikan dunia cukup dinamis. Kami ingin melihat konsistensi dari para pimpinan dunia," ujarnya.
(meg)