Jakarta, CNN Indonesia -- Insiden ricuh di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur, siang tadi diakui Kepala Bagian Humas SKK Migas Elan Biantoro mengganggu produksi. Dia mengatakan, aksi ribuan pekerja siang tadi dilakukan di area dengan fasilitas yang sensitif.
"Ya kita terpaksa harus mengontrol dan mengendalikan produksi kita. Karena ada fasilitas yang sensitif yang terkena gangguan. Jadi produksi harus direm dulu," kata Elan kepada CNN Indonesia, Sabtu (1/8).
Dia menjelaskan, lokasi kericuhan merupakan area yang rawan. Elan menyebut, bahkan area tersebut tidak mengizinkan pekerja di sekitar untuk mengaktifkan telepon genggam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan kan api, kalau kita melihat fasilitas produksi saja hp harus dimatikan," ujarnya.
Pasca dipulangkannya para pekerja, SKK Migas memastikan saat ini sudah ada tim identifikasi dari divisi engineering Mobile Cepu Limited (MCL) dan Tripatra-Samsung yang sedang menyisir fasilitas produksi yang berdekatan dengan lokasi kericuhan.
"Mereka akan masuk untuk melihat fasilitas mana yang masih bisa dijalankan atau tidak," kata Elan.
(Baca juga: Tak Dapat Cukup Waktu Istirahat, Pekerja EPC 1 Mengamuk) Lebih lanjut, Elan mengatakan, saat ini pihaknya belum dapat memastikan berapa kerugian yang harus ditelan akibat kericuhan yang terpicu dari kemarahan pekerja yang merasa kekurangan jam istirahat itu.
"Ini kan insiden yang satu hari saja. Fasilitas vital dan utama tidak terganggu. Karenanya untuk mengetahui apakah target satu tahun ini tercapai atau terganggu, belum bisa diperhitungkan," ujarnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Exxon Mobil Indonesia Erwin Maryoto mengungkapkan bahwa kerusuhan terjadi saat para pekerja sub kontraktor yang bekerja untuk Tripatra Samsung tidak diperbolehkan meninggalkan area kerja lebih cepat pada saat makan siang.
"Beberapa pekerja menjadi marah dan situasi memuncak yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan pada bangunan dan kendaraan," ujar Erwin.
(Baca juga: SKK Migas: Kondisi Blok Cepu Sudah Kondusif) (meg)