Jakarta, CNN Indonesia -- Front Pembela Islam memastikan akan membubarkan acara temu nasional Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 65 (YPKP 65) seandainya jadi digelar. Acara tersebut rencananya akan diadakan pada pertengahan Agustus ini di Salatiga, Jawa Tengah.
Ketua FPI Muchsin Alatas menuduh acara yang akan digelar YPKP 65 tersebut berbau komunisme.
(Lihat Juga: Dapat Ancaman FPI, Temu Nasional Korban 65 Dibatalkan)
"Diantara perjuangan kami sekarang ini adalah menolak bergeraknya kegiatan komunisme. Setiap ada acara semacam itu, FPI akan menolaknya dan membubarkannya," kata Muchsin kepada CNN Indonesia, Kamis (6/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika ditanya mengenai pesan ancaman yang diterima anggota YPKP, Muchsin membenarkan pihaknya telah memberikan imbauan jihad tersebut kepada para anggotanya. Dia menilai pesan tersebut layak disebarkan sebab acara YPKP 65 diduga berbau ajaran komunisme.
"Dulu pernah di Banyuwangi, Jawa Timur. Bilangnya penyuluhan kesehatan tapi kami menyusup masuk dan merekam semuanya, ceramah 12 jam berbau gerakan komunis," kata Muchsin.
Sementara itu, Ketua YPKP 65 Bedjo Untung menolak bila acaranya dikaitkan dengan kegiatan komunisme. Bejo mengatakan sejak lembaganya dibentuk, tidak pernah mereka menggunakan istilah komunisme ataupun menyertakan logo dan simbol terkait komunisme, seperti palu dan arit dalam setiap acara atau aktivitas yang mereka lakukan.
(Baca Juga: Ramai di Sosmed, YPKP: Bendera Palu Arit itu Provokasi)Aktivitas YPKP, kata Bejo, berkaitan dengan perjuangan pemulihan bagi korban-korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) tahun 65, terutama untuk mereka yang sudah terstigma atau diperlakukan tidak adil oleh pemerintah di masa lalu.
"Misalnya, salah seorang teman saya, yang karena distigma akhirnya tidak bisa mendapatkan uang pensiun. Padahal, dia bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sama seperti yang lainnya," ujar Bejo Untung.
Namun, sayangnya, pihak kepolisian dibuat takluk oleh ancaman FPI. Bedjo mengaku beberapa intel kepolisian telah mendatangi pihaknya dan meminta acara untuk ditunda sementara waktu.
Muchsin mengatakan adanya penjagaan oleh kepolisian ataupun izin dari kementerian dan walikota setempat tidak akan membuat anggota organisasinya gentar. "Kepolisian enggak berani. Ini kan perintah atasan untuk tidak menggelar segala sesuatu berbau komunisme."
(utd)