Jakarta, CNN Indonesia --
Nikkei adalah sebuah istilah yang muncul di Jepang dan ditujukan kepada orang Jepang yang pergi meninggalkan negaranya dan tinggal di negara lain hingga melahirkan keturunan.
Sebutan tersebut mulai muncul saat pemerintah Jepang mulai melunak perihal aturan yang tidak memperbolehkan warga Jepang untuk meninggalkan tanah kelahiran mereka.
Bahkan pada masa itu, sekitar 1600-an, jika ada orang Jepang yang pergi ke luar Jepang maka mereka tidak diperbolehkan kembali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eksistensi
Nikkei pun semakin menyebar setelah Jepang beberapa kali melakukan 'penjajahan' ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Salah satu
Nikkei yang namanya cukup dikenal adalah Nishimura Fumiko.
Fumiko adalah anak dari seseorang berkewarganegaraan Jepang bernama Nishimura dan seorang wanita Indonesia berdarah Jawa. Pertemuan kedua orang tua Fumiko terjadi di Surabaya puluhan tahun lalu.
Fumiko,
Nikkei pemilik darah Jawa dan Jepang, akhirnya bertemu dengan seorang pria bernama Maeda Tadashi. Nama Maeda pastinya sudah sangat dikenal di benak warga negara Indonesia sebagai salah satu perwira Jepang yang berandil memerdekakan Indonesia.
Warga Indonesia lebih mengenal Maeda Tadashi dengan sebutan Laksamana Maeda. Hubungan Fumiko dengan Maeda pun terus berlangsung hingga akhirnya kedua sejoli tersebut menikah.
Maeda yang tulen berdarah Jepang menikah dengan Fumiko yang berdarah Jepang-Jawa, akhirnya memiliki anak yang memiliki 75 persen darah Jepang dan 25 persen darah Jawa bernama Nishimura Toaji.
Nama Toaji yang memiliki marga Nishimura pun dipilih berdasarkan nama keluarga dari Fumiko. Secara otomatis, Toaji pun bisa disebut sebagai
Nikkei lantaran predikat itu melekat di tubuh sang ibu yang merupakan keturunan Jepang-Jawa dan diturunkan pada Toaji.
"Saya baru berusia dua tahun saat naskah proklamasi Indonesia dibacakan," kata Toaji saat ditemui di Jakarta, Minggu (16/8).
Kehadiran Toaji di Jakarta pun bukan tanpa alasan, dia mengaku mendapat undangan untuk menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun ke-70 Indonesia yang jatuh pada esok hari, Senin (17/8).
Namun sebelum menghadiri acara perayaan yang akan diadakan di Istana Negara tersebut, Toaji menyempatkan diri untuk mendatangi rumah sang ayah yang juga menjadi lokasi dirumuskannya naskah proklamasi.
"Saya sempat ragu apakah bisa memenuhi undangan yang dikirim kepada saya tahun lalu," ujarnya.
Toaji mengaku sangat senang bisa hadir ke Indonesia. Apalagi dia mendapatkan sambutan yang cukup meriah saat datang ke Indonesia padahal dia hanya anak dari seorang Laksamana Maeda.
"Sebagai anak saya ingin melihat rumah orang tua saya," katanya singkat.
Saat tiba di kediaman Maeda, ingatan Toaji pun langsung tertuju pada sang ayah. Dia langsung menceritakan bagaimana sosok Maeda di matanya yang tidak suka dengan aturan-aturan. Bahkan, Toaji merasa Maeda bukan hanya berperan sebagai ayah tapi juga sebagai teman.
Saat ini Toaji sedang berbincang dengan sejumlah keturunan dari tokoh-tokoh yang memiliki peran dalam merumuskan naskah proklamasi. Salah satu tokoh yang terlihat berbincang dengan Toaji adalah Halidah Hatta, anak dari Wakil Presiden pertama Indonesia, Muhammad Hatta.
Toaji pun direncanakan akan ikut hadir dalam perayaan HUT Ke-70 Indonesia besok bersama Presiden Indonesia Joko Widodo.
Sementara untuk agenda napak tilas kemerdekaan, dirinya belum mengonfirmasi apakah bisa ikut atau tidak.
(gen)