Jakarta, CNN Indonesia -- Di antara teriakan dan penolakan ratusan warga Kampung Pulo yang turun ke jalan untuk menolak penggusuran kemarin, ternyata ada juga warga Kampung Pulo yang lebih memilih pasrah meninggalkan rumah.
Kampung yang sudah menjadi tanah kelahiran, tempat menghabisan masa kanak-kanak, melewati masa remaja hingga masa tua segelintir warga betawi ini mau tak mau terpaksa ditinggalkan penghuninya.
Seperti yang diakui oleh Sa'aning, salah satu warga yang sudah 70 tahun tinggal di Kampung Pulo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mau gimana lagi, adanya begini. Sedih
mah sedih, saya sudah lama tinggal di Pulo, dari orok," ucapnya saat ditemui CNN Indonesia, Kamis (20/8) malam.
Kemarin siang, saat bentrokan terjadi di Jalan Jatinegara Barat, Aning bersama adik dan cucunya bergerak meninggalkan rumah dua lantai di pinggir Kali Ciliwung, yang selama ini menjadi tempat berteduh keluarganya.
Sambil mendorong troli berisi pakaian, kardus berisi perabotan rumah tangga seperti kasur, televisi hingga peralatan memasak, Aning dan keluarga berjalan menjauhi Kampung Pulo menuju dua bangunan tinggi yang akan menjadi kampung barunya.
"Kalau saya
sih maunya ganti rugi. Tapi kami melawan (pemerintah) juga enggak bisa, ya sudah, pasrah saja," kata Aning.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Perumahan dan Gedung DKI Jakarta, Ika Lestari, mengatakan kemarin petugasnya mencatat sebanyak 53 kepala keluarga Kampung Pulo telah mengambil kunci unit rumah susun.
Mereka pun sudah langsung dapat menempati rumah susun itu.
Sejak jadwal pengambilan kunci unit Rusun Jatinegara Barat dibuka pada 10 Juni lalu, tercatat sudah 283 kepala keluarga yang mengambil jatah unit mereka. "Warga berangsur-angsur pindah ke sini," kata Ika.
Rusun Jatinegara Barat yang terdiri dari dua gedung, secara keseluruhan memiliki 520 unit. Setiap unitnya, penghuni mendapatkan dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur dan ruang menjemur pakaian.
Ika mengatakan, warga Kampung Pulo yang direlokasi ke rusun tersebut akan dibebaskan dari iuran kebersihan selama tiga bulan pertama. Namun mereka tetap wajib membayar tagihan listrik dan air, sesuai pemakaian mereka.
Lepas tiga bulan pertama, warga diharuskan membayar iuran kebersihan sebesar Rp 300 ribu setiap bulan.
Pantauan CNN Indonesia, Rusun Jatinegara Barat terlihat lebih bersih dibandingkan pemukiman Kampung Pulo. Dinas Perumahan dan Gedung menjamin, kebersihan rusun akan terus terjaga karena petugas akan mengangkut dan membersihkan sampah secara rutin, setiap hari.
Adapun, setelah mendapatkan kunci unit, warga eks Kampung Pulo akan mendapatkan kartu pendudukan baru. Ika mengatakan, domisili warga akan disesuaikan dengan alamat baru mereka di Rusun Jatinegara Barat.
 Hasan, warga RW 3, Kampung Pulo, Jakarta Timur, memindahkan perabotan rumah tangganya sebelum buldoser merubuhkan rumahnya. (CNN Indonesia/Abraham Utama) |
Terkait biaya bulanan yang harus dikeluarkan selama tinggal di rusun, Aning yang kini tak lagi bekerja dan hanya dapat menggantungkan nasib pada anak dan cucunya cuma punya satu harapan.
"Mudah-mudahan kami bisa bayar," ujarnya. Kampung Pulo memang bukan pemukiman biasa. Para penghuni pinggir sungai Ciliwung itu kebanyakan bekerja sebagai pedagang maupun buruh di sekitar Pasar Jatinegara.
Ricky, warga RT.002 RW.03 Kampung Pulo mengungkapkan, tidak banyak warga yang terkena gusuran mendapatkan upah sesuai dengan upah minimum provinsi DKI Jakarta.
Terkait kecemasan ini, Ika menuturkan, warga seharusnya tidak menganggap iuran bulanan sebagai beban. "Mungkin sekarang terlihat mahal, tapi ke depan mereka pasti akan menyadari manfaatnya," ucap Ika.
Setelah mendapatkan kunci unit dan surat perjanjian, warga Kampung Pulo di Rusun Jatinegara Barat memang berhak tinggal dalam waktu yang cukup lama di rumah baru mereka yang jika ditaksir nilainya mencapai Rp 250 juta per unitnya itu. "Ya, sampai anak cucu mereka," kata Ika.
(meg)