Warga Lebak Terbelah Hadapi Kedatangan Pekerja China

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Senin, 31 Agu 2015 13:07 WIB
Ada yang senang karena meraup untung setelah warungnya jadi langganan pekerja China, ada juga yang kesal sebab ingin pabrik merekrut lebih banyak warga lokal.
Pekerja China di Bayah, Lebak, antre makan siang di kantin. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Lebak, CNN Indonesia -- Banyaknya pekerja asal China yang terlibat dalam proyek pembangunan pabrik semen di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten, yang dimulai sejak 2013 menuai beragam reaksi dari penduduk sekitar. Sebagian warga menanggapinya santai, namun sebagian lainnya menentang.

Uun, salah satu warga Bayah, tak mempersoalkan kondisi kampungnya yang kedatangan ratusan pekerja asing. Perempuan pemilik warung makan itu justru mendapat keuntungan karena punya pelanggan baru.

"Mereka sering makan di sini. Pesan kepiting dan udang," kata Uun saat CNN Indonesia bertandang ke Bayah belum lama ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Uun, pendapatannya bertambah sejak para pekerja China itu kerap makan di warungnya.

Warga Bayah lainnya, Fajri, juga tak mempermasalahkan kedatangan para pekerja China itu. Dia berpendapat orang-orang asing itu sesungguhnya memiliki sifat yang baik.

“Terganggu sih tidak. Tapi kalau mereka berhubungan dengan kami, bahasanya tidak nyambung. Bahasa Inggris juga mereka tidak bisa. Akhirnya pakai bahasa isyarat saja. Biasanya mereka nunjuk-nunjuk saja,” ujar Fajri.

Di sisi lain, Fajri agak keberatan dengan dipilihnya pekerja asing untuk membangun pabrik semen di kampungnya. Ia mempertanyakan kenapa perusahaan lebih memilih menggunakan tenaga kerja asing ketimbang memakai penduduk lokal.

"Kok malah mencari pekerja dari luar negeri. Bahan baku kan dari sini, pabrik juga milik kita (pengusaha lokal). Kenapa tidak sekalian sama tenaga kerjanya," ujar Fajri.

Secara terpisah, Sigit Indrayana selaku Corporate Social Responsibility dan Public Relation Manager PT Cemindo Gemilang –pabrik semen yang menggunakan jasa para pekerja China tersebut– mengatakan sebanyak 700 pekerja China di sana didatangkan oleh PT Sinoma, kontraktor besar dan Badan Usaha Nasional China yang memiliki spesialisasi di bidang pembangunan pabrik semen dan terikat kontrak dengan PT Cemindo Gemilang setelah memenangi tender.

Baca selengkapnya: Kisah Ratusan Pekerja China di Tanah Lebak

Sementara Jaji, warga lokal yang tinggal tak jauh dengan pabrik semen itu, merasa terganggu dengan para pekerja China tersebut. Menurut dia, banyak warga setempat yang sering memprotes dan mendemo pembangunan pabrik tersebut.

"Warga yang bisa diterima kerja, ya kerja. Yang tidak diterima kerja, ya sudah. Penduduk di sini kan juga ingin kerja," ujar Jaji.

PT Cimendo Gemilang dan PT Sinoma sejauh ini telah mempekerjakan sekitar 1.500 warga lokal untuk membantu pembangunan pabrik semen tersebut. Ke depannya jika perusahaan sudah mulai berproduksi, PT Cemindo Gemilang akan merekrut lebih banyak warga sekitar untuk bergabung bersama mereka.

"(Untuk mengisi posisi) tim operasional sudah mulai kami cari dari daerah ring 1. Ada sekitar 60 operator yang dibutuhkan dari tiga desa terdekat. Sebelum bekerja, mereka akan dilatih dulu," kata Sigit.

Selain itu, nantinya juga ada 500 orang yang direkrut untuk manajemen utama. Jumlah tersebut belum termasuk untuk pekerjaan logistik lainnya.

Sulit air

Tidak hanya keberadaan pekerja asing yang menuai kontroversi di Bayah. Pembangunan pabrik semen di perbukitan setinggi lebih dari 100 meter itu juga menimbulkan masalah.

Beberapa warga yang ditemui CNN Indonesia mengungkapkan kebutuhan air bersih menjadi sulit. "Saya dulu punya usaha cucian mobil dan motor. Sejak ada pabrik, usaha saya berhenti karena tidak ada air lagi," kata Jaji.

Rekannya, Fajri, mengatakan sejak pabrik semen seluas 80 hektare tersebut berdiri kokoh dan megah, sumurnya mengering lebih cepat.

"Sumur saya sekarang sudah kering. Biasanya sebulan sebelum akhir kemarau baru kering. Ini baru mulai kemarau sudah kering," ujar Fajri.

Berdasarkan keterangan Jaji, sebelum pabrik semen berdiri, bukit setinggi 100 meter lebih itu merupakan daerah hijau dengan banyak rerumputan. Dahulu ada pula perkebunan karet di area tersebut.

Ketika itu, menurut Jaji, ia mudah mendapatkan air bersih. Air yang diambil dari bukit tersebut bahkan bisa langsung diminum. Tapi kini semua tak lagi sama.

Warga Bayah pun mengeluhkan kondisi jalan yang rusak parah sejak pembangunan pabrik dimulai. Bagaimana tidak, hampir setiap waktu ada truk-truk besar yang melintas dengan membawa beban berat.

Padahal pada tahun 2011-2012, jalan di Bayah cukup baik. Meski ada kerusakan di beberapa titik, namun kondisinya tak separah saat ini. Untunglah perbaikan jalan kini sedang dilakukan di beberapa lokasi. Beberapa pekerja dari kontraktor ternama terlihat sedang mengecor jalan. (agk)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER