Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang Zulkifli Hasan mengaku tidak pernah berpikir bakal jadi Ketua MPR seperti sekarang ini. Bahkan dirinya sempat menolak posisi terhormat itu lantaran PAN hanya jadi pemenang ke-lima saat Pemilihan Legislatif 2014 lalu. Saat itu oleh PAN, Zulkifli hanya diusung untuk berposisi sebagai Wakil Ketua DPR saja.
Namun ada ternyata ada hal lain yang dipersiapkan. Ketua Umum PAN sebelumnya, Hatta Rajasa punya rencana politik besar buat Zul, yang akhirnya mengantar dia ke kursi nomor satu di lembaga tertinggi negara itu.
Kepada dua jurnalis Helmi Firdaus dan Hafizd Mukti Ahmad dari CNN Indonesia, Zul blak-blakan. Bercerita mulai dari dukungan Susilo Bambang Yudhoyono dan hingga insiden dimarahi oleh Amien Rais. Berikut wawancaranya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enak jadi ketua MPR?Enggak pernah cita-cita jadi ketua MPR saya, cuma takdir saja membawa saya jadi ketua MPR.
Kenapa bisa bapak yang jadi ketua MPR?Saya dulu dari partai diusulkan jadi wakil Ketua DPR, saya tidak bersedia karena waktu itu Pak Hatta (Hatta Rajasa) mengatakan,” Sudah Zul nanti menjadi ketua umum PAN saja.” Jadi sudah sepakat, Pak Hatta di MPP, saya jadi ketua umum PAN. Bakal ketua PAN, saya enggak mau sibuk dengan menjadi Wakil Ketua DPR. Jadi saya enggak bersedia. Pak Hatta bilang, “ Sudah, kalau begitu Wakil Ketua MPR saja. Masak ketua partai enggak ada jabatan. Kalau Wakil Ketua MPR kan enggak sibuk, yang sibuk ketuanya. Tapi kan ketua dan wakil ketua MPR sama saja. Cuma yang repot, yang banyak tanggung jawab ketuanya.” Ya sudah, terserahlah. Nah diusunglah saya sebagai calon wakil ketua MPR. Gitu. Karena ketua MPR itu jatahnya Demokrat, Pak Mangindaan (EE Mangindaan).
Habis magrib, di hari mau pemilihan, Pak SBY mengundang Pak Hatta dan saya ke Cikeas. Pak SBY mengatakan sudah Demokrat wakil saja. Dia mengatakan sudah Zul saja yang jadi ketuanya, temennya banyak, mantan menteri kehutanan, mantan sekjen partai. Saya kira dia mampu. Sudah Pak Mangindaan wakil. Pak SBY kan ahli strategi.
Karena waktu itu kita sudah kalah 77 suara karena PPP gabung sana. Lawannya kan Pak Oso (Osman Sapta Odang) yang atas nama DPD. Pak SBY bilang ini Zul mudah-mudahan bisa menang, temennya banyak, mantan menteri kehutanan, mantan sekjen partai, semoga banyak dukungan.
Setelah dari situ, saya juga sampaikan ke Pak Hatta kalau saya keberatan. “Pak Hatta, kita kan partai nomor 5, nanti kalau kita kalah, habis kita dihujat-hujat orang. Partai nomor 5 kok mau jadi ketua.” Saya minta tetaplah Demokrat yang jadi ketua atau yang lain lah, entah siapa terserah. Begitu. “Sudah kalau begitu kita ngomong ke Pak Amien (Amien Rais) deh,” kata Pak Hatta. Kita ke Hotel Mulia lah menemui Pak Amien, jam setengah 9 malam pas mau pemilihan. Pak Amien marah, “Udah sana, yang penting menang. Sudah berangkat!” Pak Amien marah itu.
Kenapa Pak Amien marah?Pokoknya harus maju, harus jalan, tak perlu khawatir. Menang, menang. Bener nih Pak Amien? "Iya udah sana, berangkat! berangkat!" kata Pak Amien. Jadi, jam 9 saya ke sini. Sebenarnya, pada waktu itu sudah ada kandidat yang lain karena saya enggak mau kan. Akhirnya waktu itu Pak Rambe Golkar (Rambe Kamaruzzaman) yang mendaftarkan kan, diganti nama saya. Jadi diganti calon ketua Zulkifli Hasan. Dia (Rambe Kamaruzzaman) sudah di podium. Jadi Pak Rambe lagi membaca calon ketuanya diganti. Sudah, jadilah itu, jadi kandidat ketua MPR. Akhirnya terpilih (selisih) 17 suara itu.
Suara itu dari mana pak?Pokoknya bedanya 17 suara. Enggak tahu yang milih siapa saja kan.
Menurut Pak Zul, apa yang membuat bapak bisa unggul 17 suara?DPD-nya kan pecah. Saya kan SMS satu-satu anggota DPD semuanya. Iya malam itu, saya SMS semuanya anggota DPD. "Mohon izin, doa dan dukungannya, takdir membawa saya menjadi kandidat ketua MPR. Mohon doa dan dukungannya. Terima kasih. Salam Zulkifli Hasan.” Yang menjawab 40 persen, jadi 40 persen DPD kan kemungkinan dukung saya. Wah ini dukung nih 40 persen.
Waktu terpilih jadi ketua MPR, reaksi keluarga?Ya seneng karena kalau kalah kan malu. Tegang juga kan. Kan dihitung satu-satu kan. Iya seneng keluarga, kalah kalah kan waduhh, malu kan, soalnya dihitung bertarung gitu kan.
Keluarga nonton live di rumah?Iya.
Dukungan keluarga untuk bapak jadi ketua MPR?Mereka kaget, kan enggak tahu kalau saja maju jadi calon ketua MPR. Tahunya sudah diadu. Tahunya kan dari televisi, saya juga enggak nelpon-nelpon. Oh, saya sempet minta doa deh.
Sebagai ketua MPR, bapak melihat ini posisi politik tertinggi atau masih ada rencana lain?Wah MPR saja saya enggak pernah mimpi. Lebih dari cukup. MPR saja enggak pernah mikir.
Udah saya jadi ketua MPR sudah. Tinggi banget. Saya jadi anggota DPR saja sudah luar biasa, apalagi ini ketua MPR, wah.
Apa yang ada di bayangan bapak kalau sudah tidak lagi jadi ketua MPR?Kalau boleh saya mau jadi guru, ngajar anak sekolah, SMA.
Ada pelajaran tertentu yang mau diajarkan?Oh banyak. Pancasila bisa, matematika bisa. Ekonomi, lulusan ekonomi saya.
Kalau bapak jadi guru, kasihan sekolahnya, bayar bapak mahalYa enggak, kalau perlu enggak usah bayar. Kenapa saya mau jadi guru? Saya berpendapat negara ini kalau mau maju, bangsa ini kalau mau maju, enggak ada lagi kalau enggak dari pendidikan. Tidak ada lagi selain itu. Berhentilah ngomong Indonesia kaya, Indonesia kaya itu. Kekayaan alam itu bisa menjadi bencana. Yang paling penting itu manusianya harus kaya ilmu, itu. Lihat lah Singapura, enggak punya sawah, enggak punya kebun, batu bara, kaya dia.
Tapi kan dia jagain portal pak, jalannya lewat diaKalau enggak ada ilmunya mana bisa, diportalin orang lah. Korea? Enggak punya kebun sawit mereka. Maju. Jepang enggak ada tambang batu bara di sana. Maju. Jadi memang ilmu.
(hel/hel)