Jakarta, CNN Indonesia -- Pekan lalu, Partai Amanat Nasional tiba-tiba saja menyatakan bergabung dengan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Sebagai Ketua Umum PAN dan Ketua MPR, Zulkifli Hasan boleh dibilang motor dari keputusan itu.
Namun saat ditanya ihwal urusan posisi menteri dari PAN di kabinet kerja Jokowi, Zulkifli tak mau berandai-andai. Ia menjawab itu urusan presiden, prerogatif presiden. Hanya saja dia menegaskan, kalau diminta Presiden, PAN bakal siap.
Kepada dua jurnalis Helmi Firdaus dan Hafizd Mukti Ahmad dari CNN Indonesia, Zul blak-blakan. Bercerita mulai dari pertemuan dengan Koalisi Merah Putih, wacana gedung DPR hingga isu perombakan kabinet. Berikut petikan wawancaranya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana pertemuan terakhir dengan pimpinan KMP di Wisma Bakrie? Apakah bapak disidang di pertemuan itu?Itu mau nya media kan begitu. Yang seperti dilihat kan, kami enggak masalah, semua sejuk. Cuma dapat pantun saya, sudah.
Bapak kasih penjelasan di pertemuan itu?Ya kami jelaskan dan menghargai semua. Teman-teman itu kadang-kadang salah tangkap. Pak Prabowo, Pak Ical, Pak Anis Matta itu negarawan. Bu Mega itu. Pemimpin partai itu kalau sudah sampai satu titik, ketua-ketua partai itu negarawan. Iya. Kalau kita demi NKRI, silakan.
Bukan karena ada kepentingan bersama yang harus dijaga? Kepentingan partai, kepentingan pribadi, berakhir, demi kepentingan NKRI, begitu.
Soal bergabung ke pemerintah. Ada pertemuan sebelumnya dengan Pak Jokowi?Enggak ada. Enggak bilang-bilang. Menyikapi perkembangan terakhir, ekonomi yang melambat, Malaysia mulai gaduh besar, kita harus khawatir.
Itu tidak ada pembicaraan dulu dengan Pak Amien?Iya dong. Sering kita bicara dengan Pak Amien.
Keputusan final bergabung kapan pak?Tanggal 1 atau tanggal 2 September.
Pertemuan di mana pak?J: Di rumah saya. Lengkap semua. Pengurus DPP, Ketua Dewan Kehormatan, Ketua MPP.
Ketemu dengan KMP?Ya harus ketemu, kalau enggak ketemu kan nanti salah paham.
Keputusan pertemuan di rumah bapak persisnya apa?Ya seperti yang saya sampaikan. Enggak memutuskan, kita merundingkan.
Keputusan bergabung pemerintah kan perlu kesepakatan dua pihak. Apakah tidak ada pertemuan awal dengan pemerintah, Pak Jokowi atau KIH?Enggak ada. Memang enggak ada.
Agak susah dibayangkan tidak ada pembicaraan awalJ: Ya memang begitu.
Bapak mengumumkan itu kan di Istana dan untuk ke sana kan ada protokoler, sulit untuk tiba-tiba datang saja.Saya kan sering ketemu Pak Jokowi. Tiap minggu ketemu, hampir tiap minggu ketemu. Kalau mau ini, jam 3 nanti kita ketemu lagi. Orang-orang kan, Ketua MPR kan ketemu terus, satu meja terus dengan Pak Jokowi. Acara Olah Raga Nasional, ketemu saja meja. Acara Pancasila, ketemu satu meja. Acara apa aja, wong Ketua MPR.
Pembicaraan di sela-sela itu mungkin?Enggak saya sampaikan ke Mbak Mega itu bergabung dengan pemerintah. Saya sampaikan ke Mbak Mega, Pak Wiranto dan Presiden.
Itu ada Bu Mega di hari pengumuman itu?Enggak ada. Tapi saya kasih tahu setelah itu.
Pak Jokowi gimana responsnya ketika bapak memberi tahu bergabung dengan pemerintah?Ya seneng. Kan dapat dukungan politik. Agar apa? Saya bilang kami memperkuat pemerintah ini agar memberikan sinyal yang kuat pada pelaku pasar, kepada investor, kepada para pengusaha, kepada rakyat bahwa pemerintahan kuat, pemerintahan mayoritas, sentimennya kita harap sentimen positif.
PAN sudah ada pembicaraan teknis soal menteri?J: Enggak ada. Dibilang enggak ada.
Ini kan nanti isunya ada reshuffle kedua karena PAN masuk?Kami kan datang sudah reshuffle. Kalau soal reshuffle itu kan terserah presiden, itu kan haknya. Enggak boleh diganggu gugat. Itu namanya prerogatif. Titik. Bukan urusan PAN. Kami mengerti peraturan, konstitusi. Ketua MPR, masak enggak ngerti konstitusi.
PAN kan banyak ekonom bagus, banyak menilai menteri PAN cocok di sanaKalau ditugaskan presiden sebagai pemegang kedaulatan dari rakyat, jangankan orang, kami ini kalau NKRI, seperti Pak Amien bilang, semua tinggalkan, bela NKRI. Itu posisinya. Kalau sudah menyangkut kepentingan bangsa dan negara,ayo, go ahead. Kader PAN yang marah kan ada. Kita jelaskan, rela kok akhirnya mereka, bisa menerima. Kalau untuk kepentingan lebih besar, ayo. PAN itu begitulah. Pak Amien itu kalau NKRI, sudah.
Kondisi PAN terakhir bagaimana?Alhamdulilah bagus. Kita dari 269 (pilkada) kita mendukung 240. Termasuk kemarin itu di Surabaya.
Hubungan MPR DPR sekarang bagaimana?Hubungannya bagus sekarang. Teman semua. Teman sebelum jadi ketua. Pak Nov (Setya Novanto, Ketua DPR) teman sebelum jadi ketua DPR, Pak Irman (Irman Gusman, Ketua DPD) teman sebelum jadi ketua DPD. Pak Jokowi teman baik sebelum jadi presiden. Jadi deket.
Soal pembangunan gedung baru DPR?Memang gedung baru DPR itu diperlukan. Sekarang satu anggota DPR itu kan staf nya sekarang 5-6 orang. Bayangkan kalo 6 kali 500 saja sudah 3.000 orang. Belum staf nya. Bayangkan itu. Dulu cuma satu sekarang jadi enam kali. Cuma karena situasi lagi seperti ini, ekonomi melambat, saya setuju dikaji kembali. Kan sudah sepakat untuk dikaji dulu kan.
Tapi kan produktivitas DPR rendah?Ya itu urusan DPR lah, tanya ke DPR. Tapi kalau tempatnya enggak muat itu betul. Kamu datang saja ke DPR. Lihat saja sana.
Saran bapak agar publik bisa legowo soal permintaan gedung baru DPR?Ya karena masalahnya kan ekonomi lagi berat, karena itu dikaji kembali. Tetapi soal gedungnya butuh ya memang butuh. Karena kita ini wakil rakyat, DPR ini wakil rakyat, ekonomi lagi sulit, kita kaji kembali. Itu saja.
(hel/hel)