Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi Hukum DPR Ruhut Sitompul menilai Presiden Joko Widodo telah tepat mengambil langkah untuk tidak melayangkan permintaan maaf terhadap korban tragedi Gerakan 30 September 1965.
Ruhut mengaku memiliki ikatan emosional dengan korban G30SI seperti Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan yang menjadi salah satu korban peristiwa di Lubang Buaya tersebut.
"Permintaan maaf ini hanya akan menimbulkan luka lama. Tolonglah ingat keluarga korban," kata Ruhut saat dihubungi Selasa (22/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ruhut, permintaan maaf hanya bakal memperkeruh suasana yang dia nilai sudah seharusnya dilupakan. Ruhut bahkan menilai permintaan maaf hanya akan menimbulkan persoalan baru.
"Jadi lebih baik kita jaga kewibawaan. 100 untuk Pak Jokowi," kata dia.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haidar Nashir menyatakan, telah meminta klarifikasi mengenai isu pemerintah yang akan meminta maaf kepada korban tragedi Gerakan 30 September 1965.
Dalam kesempatannya bertemu Presiden Joko Widodo hari ini, Haidar mengaku mendapatkan kepastian ihwal rencana itu langsung. Menurutnya, secara tegas Jokowi menyatakan tidak akan meminta maaf kepada keluarga korban tragedi G30S.
"Sama sekali tak ada agenda, bahkan terpikir pun tidak, sehingga isu yang berkembang bahwa pemerintah akan meminta maaf, sudah terklarifikasi, Presiden tak akan melakukan itu, apalagi sampai membuat permintaan maaf," ujar Haidar di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.
Haidar mengaku tidak mendapatkan penjelasan mengenai alasan mengapa Jokowi memutuskan untuk tidak meminta maaf. Namun ia yakin sang kepala negara berpegangan pada suatu prinsip.
(rdk)