Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum PP Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan pihaknya mengutuk bentrokan yang mengakibatkan pembakaran rumah ibadah di Aceh Singkil, Aceh. Menurutnya, ini merupakan peristiwa intoleransi kali pertama yang terjadi di Aceh.
Dahnil menyatakan peristiwa ini menjadi tantangan bagi Pemerintah Daerah Aceh untuk menjaga persatuan dan kedamaian. "Intoleransi seperti ini jarang sekali terjadi, saya kira ini baru yang pertama kali terjadi," kata Dahnil, ketika dihubungi CNN Indonesia, Selasa (13/10).
(IKUTI FOKUS: Rusuh Warga Pecah di Aceh Singkil)PP Muhammaduyah mengatakan penegak hukum harus mengusut kasus bentrokan secara tuntas dan menghukum pelaku yang melakukan pembakaran. Adanya pembakaran rumah ibadah, menurut Dahnil, tidak mencerminkan masyarakat Aceh yang sesungguhnya. Insiden ini juga dianggap sebagai tantangan bagi pemerintah Aceh.
"Aceh dikenal mengutamakan syariat Islam, adanya insiden ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk meningkatkan toleransi di Aceh," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun berharap kedamaian di Aceh bisa terjaga. Menurutnya, umat beragama harus bersatu dan jangan ada golongan yang menyudutkan agama tertentu. Masyarakat Aceh juga harus berkonsiliasi agar tidak mudah di adu domba oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
"Saya ingin menyampaikan kepada umat beragama di Aceh agar menjaga persatuan umat, terutama di Aceh Singkil," katanya.
Sebelumnya, bentrokan terjadi di Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, Selasa (13/10). Ratusan orang bersenjata tajam mendatangi salah satu rumah ibadah di Desa Suka Makmur, Gunung Meriah, dan membakarnya.
Kerusuhan bermula pukul 11.00 WIB ketika sekitar 700 orang mendatangi satu gereja di Desa Suka Makmur, dan membakarnya. Massa membawa senjata tajam sehingga aparat keamanan pada awalnya sempat kesulitan menghadang mereka.
“Polisi tak bisa berbuat apa-apa selain meminta jemaat untuk pergi,” ujar Pendeta Erde, Kepala Gereja di HKI Gunung Meria.
Selanjutnya setelah membakar gereja, kata Pendeta Erde, massa melakukan
sweeping. “Betul, ada
sweeping, dan ada satu korban tewas dari warga. Sekarang sudah tenang,” ujar Safriadi, sang Bupati.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan jajarannya di Aceh Singkil terus berupaya untuk meredam emosi massa di daerah itu.
(pit)