Dukung Sekat Kanal, BPPT Produksi Teknologi untuk Gambut

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Rabu, 21 Okt 2015 05:40 WIB
Nantinya, teknologi pemantau kebasahan gambut diharapkan dapat dengan efektif mencegah kebakaran gambut.
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api di atas lahan gambut yang terbakar di Jalan Perdana, Pontianak, Kalbar, Senin (14/9). Walaupun Polda Kalbar sudah mengeluarkan Maklumat Kepolisian tentang larangan pembakaran hutan dan kebun dengan ancaman hukuman penjara minimal 3 tahun dan maksimal 10 tahun penjara serta denda 15 miliar rupiah, tapi hingga kini masih terjadi pembakaran lahan gambut yang dilakukan secara sengaja di wilayah Kalbar. (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti utama bidang gambut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Bambang Setiadi, menyatakan pihaknya tengah memproduksi teknologi pemantau kebasahan gambut yang bernama "Sesame".

Bambang mengatakan sebanyak 49 Sesame kini sedang dalam tahap produksi. Alat ini nantinya akan diuji coba di berbagai daerah bergambut, termasuk Jatiluhur.

"Februari tahun depan akan siap. Selain untuk memantau kebasahan gambut, alat ini juga bisa digunakan untuk mengetahui gerakan air," kata Bambang saat konferensi pers di BPPT, Jakarta, Selasa (20/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, Bambang mengatakan alat ini juga bisa digunakan ketika sekat kanal yang dirancang pemerintah selesai. Dengan begitu, akan terukur seberapa basah gambut di suatu daerah sehingga bisa dilakukan pencegahan kebakaran gambut secara efektif.

"Kami sangat mendukung pembuatan sekat kanal di daerah bergambut karena gambut harus basah agar tidak terbakar. Namun, saya dengar pembuatan sekat kanal itu ternyata tidak begitu sukses di lapangan," katanya.

Bambang mengatakan gambut sebenarnya terdiri dari 90 persen air. Gambut juga berperan penting sebagai sumber air tawar. Karenanya, kerusakan dan kebakaran gambut berpengaruh pada iklim.

Namun, pembukaan lahan berupa pengeringan areal gambut menyebabkan air pun hilang. Gambut yang kering membuat gambut tersebut mudah terbakar. Selain itu, juga berdampak lain, yaitu banjir.

"Pencegahan karhutla berarti pula pencegahan pengeringan gambut. Buat sekat kanal sebanyak-banyaknya di wilayah gambut. Undang pula ahli tata air," kata peneliti yang juga menjabat sebagai Kepala Dewan Riset Nasional ini.

Selain itu, Bambang juga menyarakan pemerintah mengembangkan pugas (penyubur khusus tanah gambut).

Sebelumnya, Tim Kepresidenan mengatakan solusi untuk mengatasi kebakaran di lahan gambut itu dilakukan dengan membuat kanal bersekat dan di sisi kanan dan kirinya diberi stok air dengan embung. Dengan cara itu dilakukan pembasahan (rewetting) lahan gambut.

Sekat kanal bersama embungnya selain dibuat di Lokasi Bekas Kebakaran, Desa Rimbo Panjang, Kemacetan Tambang, Kabupaten Kampar, juga telah dikerjakan di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, lokasi yang telah dikunjungi Presiden Joko Widodo pada bulan September lalu.‎‎ (meg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER