Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya mengatakan hujan menjadi lebih sulit diprediksi di masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Untuk mencegah banjir, ia menyarankan agar pemerintah daerah memperhatikan kelancaran aliran air terutama di sungai-sungai.
"Pada masa transisi ini hujan jadi lebih sulit diprediksi. Misalnya, seperti kemarin itu, intensitasnya ternyata tinggi dan diikuti petir serta angin kencang," kata Andi saat dihubungi CNN Indonesia, Senin (9/11).
Oleh karena itu, Andi menilai masing-masing daerah harus waspada akan kemungkinan banjir. Namun, ia mengingatkan bahwa kemungkinan banjir tidak hanya berdasarkan curah hujan.
"Banjir atau tidak juga sangat bergantung pada daya serap permukaan. Selain itu harus dipastikan juga apakah aliran air lancar atau tidak," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andi mengatakan di kota-kota besar, daya serap air sudah sangat rendah. Oleh karena itu, sekarang pemerintah daerah diharapkan memberatkan fokus ke aliran air.
"Bila aliran air terhambat, misalnya sungai sempit, mala potensi banjir akan lebih besar dibandingkan sebelumnya," kata Andi.
BMKG memprediksi bahwa puncak musim hujan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) akan terjadi pada Desember hingga Februari nanti.
"Sementara, di daerah Sumatera dan Aceh sekarang sudah merupakan puncak musim hujan dan sebentar lagi akan turun. Untik daerah Riau, akan mulai masuk musim kemarau lagi pada Januari atau Februari," katanya.
Di sisi lain, sebagian besar daerah Jawa akan mengalami puncak musim hujan pada Januari hingga Februari. Sementara Papua akan mengalami puncak musim hujan pada Februari hingga Maret.
(utd)