Jakarta, CNN Indonesia -- Perubahan bentuk kelembagaan dari unit pelaksana teknis menjadi badan hukum milik negara (BHMN) dinilai belum bisa memperbaiki layanan Transjakarta untuk bisa diandalkan.
Bekas Kepala Badan Layanan Umum Transjakarta Daryati Asrining Rini menyayangkan keluhan lama penumpang hingga kini belum teratasi oleh pihak manajemen Transjakarta. Padahal perubahan manajemen ke PT Tranportasi Jakarta menjadi harapan akan perbaikan pengelolaan.
"Puncak mimpinya waktu itu ada di PT karena mempunyai fleksibilitas dalam pengelolaannya, tidak seketat waktu di UPT," katanya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (10/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas mengatakan, saat ini Transjakarta tidak bisa dijadikan andalan bertransportasi di Jakarta, kecuali Koridor 1 jurusan Blok M-Kota.
"Selebihnya bukan pilihan yang tepat kalau anda berpergian dengan perlu ketepatan waktu," kata Darmaningtyas.
Dia berpendapat, pada dasarnya cukup mudah mewujudkan laju Transjakarta antara dua hingga tiga menit pada jam sibuk, dan membuat jalurnya steril. Menurutnya, tidak perlu menunggu ketersediaan sampai 1000 unit bus gandeng.
Hanya saja pengelolaan Transjakarta perlu dilakukan dengan manajemen yang cerdas. Saat ini Transjakarta memiliki 247 halte yang disinggahi dan satu halte tidak disinggahi untuk berhenti.
Darmaningtyas menyarankan agar tiap pukul 05.00 WIB, setiap halte itu harus diisi satu bus yang siap beroperasi. Dengan demikian setiap penumpang di semua halte akan terangkut dan berangkat pada waktu yang bersamaan.
Kendaraan yang mulai beroperasi perlu keluar dari pool sejak pukul 04.00 WIB agar lebih siap. Ketika memasuki siang, antara pukul 11.00-13.00 WIB, secara bertahap bus dikurangi untuk mengisi BBG maupun ditarik ke pool masing-masing untuk perawatan.
Perannya digantikan oleh armada kloter kedua yang beroperasi pada pukul 14.00-22.00 dengan jumlah bus yang sama pula.
"Pada pagi hari kita butuh 247 bus. Jam 2, ganti bus gelombang kedua. Kita cuma butuh bus 494 unit. Itu sebetulnya bisa menyelesaikan masalah," katanya.
Jarak halte yang satu dengan lainnya rata-rata 300 meter. Dalam kondisi steril, lanjutnya, akan dapat ditempuh dalam waktu tiga menit.
Dengan pola operasi itu, Darmaningtyas yakin tidak akan terjadi penumpukan penumpang. Pola itu juga tidak akan memberi kesempatan bagi kendaraan lain untuk masuk ke jalur busway, karena mereka akan sulit keluar jalur.
Pengamat Institute for Transportation & Development Policy Yoga Adiwinarto mengatakan, jalur busway dibuat hanya untuk Transjakarta bukan untuk mobil dan motor. Tidak hanya di jalur busway, sterilisasi di perempatan perlu dilakukan.
"Selama jalur Transjakarta tidak steril, lupakan kita punya mimpi Transjakarta menjadi lebih baik," katanya.
(obs)