Jakarta, CNN Indonesia -- Calon penantang Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2017 berubah secara signifikan. Ada nama lain selain Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang menjadi penantang potensial.
Managing Director Cyrus Network Eko David Afianto melihat kehadiran Adhyaksa Dault dalam konstelasi Pilkada DKI Jakarta mendapat dukungan yang cukup melesat. Namanya langsung menduduki posisi empat, dengan jarak yang tidak jauh dari Risma.
Data itu diperoleh dari hasil survei yang dilakukan Cyrus pada 27 Oktober hingga 1 November 2015. Saat diuji dalam simulasi 23 nama, Adhyaksa mendapatkan angka 6,7 persen, hanya terpaut 2,4 persen dari Risma yang memperoleh angka 9,1 persen.
Sementara di peringkat kedua ada Ridwan Kamil dengan angka 15,9 persen. Sedangkan Ahok masih memimpin dengan perolehan angka sebesar 40,7 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko menilai Adhyaksa dipilih karena dirinya merupakan mantan pejabat publik di level nasional, memiliki jejaring pendukung yang solid, dan selama ini banyak beraktivitas di Jakarta sehingga memudahkan bersosialisasi dengan warga.
Dari sisi popularitas, Adhyaksa baru mengantongi angka 56 persen. Sementara Ridwan dan Risma mengalami peningkatan yang cukup tajam. Jika sebelumnya popularitas keduanya berkisar 73 persen dan 74 persen, tapi kini melonjak mencapai angka 81 persen dan 80 persen.
"Pemilih DKI hampir 65 persen berpendidikan tamat SMA ke atas," katanya saat konferensi pers di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (11/11).
Peneliti Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syamsudin Haris mengatakan, meskipun nama Adhyaksa melejit dengan cepat, mantan Menpora itu tetap sulit menyaingi Ahok.
"Tokoh potensial pesaing Ahok bukan Adhyaksa Dault, tapi Ridwan Kamil dan Risma," katanya.
Menurut Syamsudin, Ahok didambakan banyak pihak karena ketegasanya dalam memimpin. Dia berpendapat, semakin banyak pesaing maka semakin menguntung bagi ahok. "Karena suaranya terpecah," ujar Syamsudin.
Dalam rentang waktu April-Oktober 2015, Cyrus menyoroti beberapa momen yang berkaitan dengan Pilkada. Beberapa di antaranya, perseteruan LHP DKI Jakarta antara Ahok dengan Badan Pemeriksa Keuangan. Ada pula kontroversi pembelian rumah sakit Sumber Waras yang berujung dilaporkannya Ahok ke Komisi Pemberantasan Korupsi oleh Pansus DPRD DKI.
Selain peristiwa itu, Eko menilai kemenangan Persib Bandung di Gelora Bung Karno memunculkan Ridwan sebagai tokoh pecinta bola yang diharapkan mampu mendamaikan antara pendukung Persib dengan Jakmania.
(pit)