Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo mengatakan tidak menjadi persoalan ketika dia disebut sebagai Presiden koppig, atau keras kepala, seperti yang disebut dalam rekaman mengenai perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia.
Rekaman tersebut memutar pembicaraan yang diduga terjadi antara Ketua DPR Setya Novanto, bos Freeport Maroef Sjamsuddin dan pengusaha Riza Chalid.
"Saya enggak apa-apa dikatain Presiden gila, Presiden sarap, Presiden koppig. Enggak apa-apa.
Tapi kalau sudah menyangkut wibawa, mencatut, meminta saham 11 persen, itu yang saya enggak mau. Enggak bisa," kata Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (7/12) malam.
Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi dengan suara bergetar menahan amarah saat melakukan jumpa pers mendadak terkait Pilkada Serentak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, dia mengatakan proses sidang yang sedang berjalan di DPR harus dihormati.
"Proses yang berjalan di MKD harus kita hormati, tetapi tidak boleh yang namanya lembaga negara dipermainkan. Lembaga negara itu bisa Kepresidenan, bisa lembaga negara yang lain," ujar Jokowi.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said melaporkan rekaman Setya yang mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden untuk meminta jatah saham kepada Freeport. Sebagai imbalannya, Setya menjamin kontrak karya perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu akan diperpanjang.
Selain meminta jatah saham yang katanya untuk Presiden dan Wakil Presiden, politikus tersebut diduga juga meminta jatah 49 persen saham sebuah pembangkit listrik di Papua.
(utd)