Suara Golkar di Pilkada Terpengaruh Kasus Setya

Joko Panji Sasongko | CNN Indonesia
Kamis, 10 Des 2015 08:31 WIB
Partai Golkar diminta tak menganggap remeh kampanye tolak pasangan calon Golkar di Pilkada Serentak akibat imbas dari polemik Setya Novanto.
Sejumlah mahasiswa berunjuk rasa sambil melakukan teatrikal di depan kantor DPRD Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (7/12). Mereka mendesak diusut tuntas kasus mafia saham PT. Freeport dan meminta Mahkamah Dewan Kehormatan (MKD) DPR agar bertindak adil dan tegas dalam mengadili mafia saham yang melibatkan Ketua DPR Setya Novanto. (Antara Foto/Yusran Uccang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Forum Silaturahmi Golkar Munas Ancol Gusti Iskandar Sukma Alamsyah menyatakan perolehan suara Partai Golkar dalam Pilkada Serentak terpengaruh oleh kasus dugaan pelanggaran etik yang dilakukan oleh kadernya sekaligus Ketua DPR Setya Novanto.

"Ada di beberapa daerah yang cukup terpengaruh juga. Walaupun Pilkada yang dipilih adalah figur. Akan tetapi, partai pengusung cukup punya pengaruh terhadap dukungan," ujar Gusti di Gedung Dewan Pimpinan Pusat Golkar, Jakarta, Rabu (9/12).

Gusti mengatakan, bedasarkan hasil Rapat Pimpinan (Rapim) antar dua kubu Golkar telah menyepakati bahwa perolehan partai keseluruhan dalam Pilkada Serentak kali ini hanya sebesar 25 persen.
Oleh karena itu, Gusti mengaku Golkar belum bisa menjamin apakah target perolehan suara tersebut bisa tercapai, mengingat tingginya persepsi negatif masyarakat terhadap kasus yang menimpa salah satu kadernya tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita saat ini masih melakukan monitoring. Karena sekarang masih dalam tahap penghitungan. Mudah-mudahan pengaruhnya tidak terlalu besar. Karena kalu besar sangat merugikan Golkar," ujar Gusti.

Sebelumnya, Partai Golkar diminta tak menganggap remeh kampanye tolak pasangan calon Golkar di Pilkada Serentak. Kampanye ini menguat di media sosial sebagai imbas kemarahan publik atas ketidakpekaan partai beringin atas kasus Setya Novanto.
“Masyarakat merasa Partai Golkar dan MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) setali tiga uang, lamban dan mencoba mencari celah untuk keluar dari tekanan publik,” ujar Muradi, Ketua Pusat Studi Politik & Keamanan Universitas Padjadjaran, Rabu (9/12).

Menurut Muradi, Golkar hingga saat ini pun tak berupaya meredakan kemarahan publik. Akibatnya, konstelasi politik kemungkinan berubah, terutama di daerah-daerah dengan tingkat melek internet tinggi. Sebab di wilayah-wilayah itu, kampanye tolak calon Golkar berembus cukup kencang di media sosial. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER