Telepon 113, Ambulans Tiba Dua Menit di Bantaeng Sulawesi

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Selasa, 15 Des 2015 13:43 WIB
Di Bantaeng, Sulawesi Selatan, transformasi kesehatan dilakukan dengan menyiapkan Brigade Siap Bencana. Tim BSB sehari bisa menangani 20 permintaan bantuan.
Warga mengadukan persoalan sosial di desanya di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. (CNN Indonesia/Prima Gumilang)
Bantaeng, CNN Indonesia -- Abdul Rahman, warga Desa Bonto Jai Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, mendatangi Pos Perlindungan Sosial dengan tergopoh-gopoh. Putrinya menderita gangguan jiwa dan dokter Rumah Sakit Umum Bantaeng merujuk anaknya ke Makassar. 

"Saya butuh mobil untuk mengantar anak berobat ke Makassar," kata Abdul saat ditemui CNN Indonesia.com di Bantaeng. Dia menjelaskan di desanya, fasilitas kesehatan belum ada yang mendukung pengobatan penyakit jiwa anaknya.

Saat itu, seorang petugas, Husni Alam, langsung melakukan verifikasi data. Setelah mengecek identitas pelapor, timnya segera menindaklanjuti pengaduan dan memberikan rekomendasi.
Husni kemudian berkoordinasi dengan tim dari Brigade Siaga Bencana (BSB). Unit ini merupakan tim reaksi cepat untuk merespons masalah kerakyatan. Setelah menerima rekomendasi, tim reaksi cepat lantas menyiapkan ambulans untuk mengantar pasien. 
Ambulans siap menunggu panggilan warga di Brigade Siaga Bencana, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. (CNN Indonesia/Prima Gumilang)
Rezy Friyana, dokter yang bertugas untuk BSB, mengatakan dalam keadaan darurat warga tidak perlu langsung datang ke Pos Perlindungan Sosial. Pemerintah Kabupaten Bantaeng telah menyiapkan layanan call center 113. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Cukup menelepon, bantuan layanan kesehatan pun akan datang ke rumah," kata Rezy.

Rezy memastikan pelayanan kesehatan akan diberikan secepatnya. Untuk ambulans, dia mengatakan waktu tempuh ke lokasi paling lambat 15 menit, biasanya itu saat menjangkau wilayah dataran tinggi. Satu tim yang dikirim akan terdiri dari satu dokter dan dua perawat di BSB. 

Dalam sehari, kata Rezy, timnya bisa menangani permintaan hingga 20 kali. Untuk memaksimalkan layanan, Pemerintah Kabupatm Bantaeng telah menyediakan sebanyak 10 ambulans untuk warga. Selain untuk keadaan darurat, mereka juga menangani pelayanan nondarurat.
Brigade Siaga Bencana menjadi andalan Kabupaten Bantaeng untuk memberikan pelayanan sosial yang maksimal sekaligus mengurangi risiko masyarakat atas ancaman bencana.

Wakil Bupati Bantaeng Muhammad Yasin mengatakan bencana tidak selalu terkait dengan peristiwa alam, namun juga kebakaran, keterlambatan penanganan persalinan, atau keterbatasan fasilitas kesehatan bagi si sakit. 

Prioritas Kesehatan

Kesehatan menjadi prioritas utama di Bantaeng, kata Yasin, sejak angka kematian ibu dan bayi serta gizi buruk relatif tinggi di kabupaten tersebut, yakni mencapai 11 persen per tahun. 

"Sebelum 2009, Bantaeng masuk dalam kategori tertinggal. Rata-rata dari 100 bayi yang lahir, sekitar 35 di antaranya meninggal," kata Yasin. 

Setelah program BSB digulirkan, Yasin mengklaim derajat kesehatan mengalami perbaikan. Dia mengatakan angka kematian ibu dan bayi kini mencapai nol persen. Keberadaan BSB menjadi satu wadah memberikan fasilitas jaminan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Bantaeng. 

"Siapapun warga Bantaeng, ketika membutuhkan layanan kesehatan, segera dilayani karena itu sangat berpengaruh dalam rangka pengembangan dan produktivitas wilayah,” kata Yasin. 
Setiap bulan ibu hamil dan balita wajib periksa kesehatan secara gratis di Posyandu Bantaeng. (CNN Indonesia/Prima Gumilang)
Selain tim reaksi cepat, Yasin mengatakan peningkatan kesehatan di Bantang dilakukan dengan menyediakan layanan kesehatan secara gratis. Misalnya, di Desa Bonto Jai, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) didirikan di tiap dusun. Warga yang berobat ke Posyandu tidak akan dipungut bayaran, baik biaya pemeriksaan maupun obat-obatan. 

Sekretaris Desa Bonto Jai, Sarifah Jum, mengatakan terdapat dua orang petugas yang biasa berjaga di Posyandu. Seorang bidan berstatus pegawai tidak tetap, seorang lagi warga kampung setempat. 

"Jika bidang Posyandu tak mampu menangani persoalan kesehatan warga, dia merujuk ke Puskesmas atau rumah sakit," kata Sarifah.

Sarifah menjelaskan jarak dari desa ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sekitar tiga kilometer. Sementara untuk pergi ke rumah sakit berjarak sembilan kilometer dari desa. 

Namun Sarifah mengatakan jarak tidak lagi jadi masalah. Sejak ada fasilitas Brigade Siaga Bencana, kata dia, warga cukup menelepon 113. "Ambulans paling cepat bisa datang dalam dua menit."

Pernah suatu ketika ada orang yang mengalami gangguan jiwa di desa tersebut, dan bidan di sana tidak mampu menangani penyembuhan. Orang tersebut langsung dijemput ambulans BSB untuk dibawa ke rumah sakit.

Sebelum ada layanan BSB, kepala desa biasanya memanfaatkan mobil pribadi milik warga. Dalam keadaan darurat, kendaraan itu digunakan untuk mengantar ke rumah sakit.

"Sekarang jadi lebih efektif waktu buat layanan kesehatan warga," ujar Sarifah. (utd)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER