Jakarta, CNN Indonesia -- Markas Besar Polri menyatakan ada total sembilan orang terduga teroris yang ditangkap di sejumlah tepat pada akhir pekan lalu. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Anton Charliyan menyebut mereka berniat melakukan serangan besar-besaran Desember ini.
"Mereka punya plot untuk menyerang pejabat, objek vital di Indonesia, juga kelompok radikal lain yang dianggap musuh ISIS (kelompok Negara Islam Irak dan Suriah)," kata Anton, Senin (21/12).
Anton tidak menjelaskan kelompok radikal lain apa yang dia maksud. Namun, informasi yang dihimpun menyebut sasarannya adalah kelompok Syiah yang berada di Pekalongan, Bandung dan Pekanbaru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan para teroris sudah menarget beberapa kota besar di Indonesia. Tanpa merinci, Anton mengatakan kota incaran itu adalah dua kota di Jawa, satu kota di Sumatera dan satu kota di Kalimantan.
Selain itu, kata Anton, para teroris juga berniat mengincar kantor polisi, tempat ibadah, pejabat Detasemen Khusus 88 Antiteror, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan pemerintah.
Sementara itu, menurut Anton, teroris yang ditangkap di Jawa Timur bukan kelompok ISIS seperti yang ditangkap di tempat lainnya. Menurutnya, mereka tergabung dengan jaringan yang lebih dulu ada di Indonesia, Jamaah Islamiyah.
Serangan besar-besaran ini, kata Anton, dilakukan untuk menarik perhatian dunia internasional. “Mereka mau melakukan konser besar di Indonesia.”
Lima teroris yang diduga terkait dengan ISIS di antaranya adalah Riswandi dan Yudinon Syahputra yang ditangkap di Majenang; Zaenal dan Asep Urip yang ditangkap di Tasikmalaya; dan Abu Jundi alias Abdul Karim yang ditangkap di Sukoharjo.
Sedangkan kelompok teroris yang ditangkap terkait jaringan Jamaah Islamiah di antaranya adalah M Khaerul Anam, Teguh Prambanan, dan Imran. Mereka bertiga dibekuk di Mojokerto. Di Kotabaru, Driyorejo, Gresik petugas juga menangkap Joko Ardiyanto yang merupakan buron terkait jaringan tersebut.
"Kami tangkap karena mereka hendak melakukan aksi Desember ini, sehingga Mabes Polri menerapkan siaga 1," kata Anton. Ketika ditanyai mengapa ancaman meningkat pada akhir tahun, Anton tidak bisa menjelaskan.
Menurutnya, tidak tertutup kemungkinan adanya kelompok teroris lain yang masih belum tertangkap. Namun, dia meminta masyarakat tenang karena Polri sudah melakukan pengawasan dan akan langsung menindak setiap indikasi teror.
(obs)