Jakarta, CNN Indonesia -- Jajaran
Western Fleet Quick Response Komando Armada RI Kawasan Barat (WFQR Koarmabar) menangkap tiga orang yang diduga terlibat dalam kasus perompakan MT Joaquim, kapal milik Singapura pengangkut bahan bakar minyak.
Tiga perompak tersebut berinisial HN (53) selaku nakhoda kapal, AS (30) selaku mualim I, dan AS selaku kepala kamar mesin Kapal MT Kharisma 9. Ketiganya ditangkap di Bandung, Jawa Barat, Senin pekan lalu.
"Mereka diduga terlibat perompakan. Ketiganya ditangkap di kawasan Bandung," kata Panglima Koarmabar Laksamana Muda Achmad Taufiqoerrochman di Markas Koarmabar, Jalan Gunung Sahari, Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga perompak itu juga diduga melakukan pelanggaran hukum pelayaran dengan mengganti nama kapal secara ilegal demi melancarkan aksi perompakan.
MT Joaquim merupakan kapal berbendera Singapura yang mengangkut bahan bakar minyak. Kapal tersebut dirompak di perairan Selat Malaka saat berlayar dari
East Outer Port Limit (EOPL) menuju Malaka pada 8 Agustus lalu.
Kapal yang mengangkut muatan 3.500
metric ton (MT) minyak mentah atau
light crude oil (LCO) itu dirompak oleh sekelompok orang tak dikenal dengan menggunakan MT Kharisma 9. Mereka berhasil mengambil LCO sebanyak 2.900 MT (shiponing).
Dalam aksinya, para perompak merusak mesin hidrolik serta jangkar MT Joaquim agar kapal tersebut tidak bisa berlayar mengikuti MT Kharisma 9.
Usai kejadian itu, MT Kharisma 9 tidak diketahui lagi posisinya. Koarmabar kemudian mencari keberadaan kapal di sepanjang perairan Selat Malaka, Selat Karimata, dan Laut Jawa. Sementara tim WFQR mencari keberadaan para pelaku perompakan di darat.
Taufiq menduga para perompak kerap melakukan aksinya di Laut Jawa lantaran di lokasi itu dinilai kurang pengamatan, mudah lego jangkar, dan secara logistik dekat dari Jakarta.
Menurut pengakuan tersangka HN, setelah melakukan shiponing, MT Kharisma 9 segera berlayar menuju perairan Batam. Mereka menurunkan tujuh orang perompak di Pulau Karimun Besar. Kapal kemudian menuju Laut Jawa dan lego jangkar di perairan Bojonegoro, Banten.
Selama persembunyian, sebelas anak buah kapal MT Kharisma 9 sempat tinggal di Kota Bandung. Mereka kemudian berpencar mencari tempat persembunyian masing-masing. Namun tiga orang tersangka tetap tinggal di kota Bandung selama tiga bulan.
Taufiq mengatakan, seletalh melakukan kejahatan tersebut, MT Kharisma 9 telah dua kali berganti nama menjafi MT Antela dan MT Union Star.
Pada Selasa pekan lalu, tim WFQR Koarmabar berhasil menemukan MT Kharisma 9 yang sedang lego jangkar di perairan Bojonegoro, tepatnya di titik koordinat 05 57 60 S-106 07 00 antara Pulau Tarahan dan Pulau Panjang.
Saat ditemukan kapal telah berganti nama menjadi Union Star. Cat lambung kapal terindikasi dicat ulang menjadi warna abu-abu dengan warna dasar hitam. Namun saat ditemukan mesin kapal dalam keadaan mati dan tidak ada ABK.
Tim Koarmabar juga menemukan
life jacket bertuliskan Antela, dan berkas
fresh water sounding oleh PT Victor Stell Indonesia atas nama MT Kharisma 9. Selain itu mereka juga menemukan bekas
shipboard marine pillution emergency plan atas nama PT Kharisma 9 dan sisa LCO sebanyak 700 KL.
Nakhoda MT Kharisma mengaku bahwa aksi yang mereka lakukan atas perintah seorang perempuan berinisial EN dan lelaki berinisial BU alias AN. Hingga kini kedua orang itu masih diburu tim WFQR.
"Saya hanya mengikuti perintah untuk menjalankan ini. Saya terima imbalan sepuluh juta per operasi," kata nakhoda.
Taufiq mengatakan, dari hasil investigasi timnya, ada beberapa kapal yang ikut serta membantu aksi kejahatan tersebut. Kapal-kapal itu di antaranya MT Patria Jaya 1, MT Hartadika, dan MT Matahari Laut.
Ketiga kapal itu memiliki peran yang berbeda. MT Patria Jaya 1 mengambil LCO sebanyak 1100 kiloleter pada 27 Agustus, MT Hartadika mengambil LCO sebanyak 1100 kiloliter pada 3 September, sedangkan MT Matahari Laut memberikan dukungan logistik kepada ABK MT Kharisma 9 pada 20 Agustus.
"Semua kapal tanker tersebut sudah berhasil ditangkap," kata Taufiq.
(bag)