WAWANCARA KHUSUS

Akbar Tandjung: Kami Ingin PKI Dibubarkan (2)

Anggi Kusumadewi, Abi Sarwanto | CNN Indonesia
Sabtu, 16 Jan 2016 14:50 WIB
Akbar Tandjung bercerita tentang masa mudanya saat aktif di pergerakan mahasiswa. Dia jadi bagian dari penggagas Tritura yang menuntut pembubaran PKI.
Akbar Tandjung menjadi salah satu inisiator Tritura yang menuntut pembubaran PKI pada 1966. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus senior Akbar Tandjung, di sela kesibukannya mengurusi konflik internal Golkar yang tak jua reda, bercerita tentang masa mudanya saat aktif di pergerakan dan berbagai organisasi kepemudaan.

Kepada wartawan CNNIndonesia.com, Anggi Kusumadewi dan Abi Sarwanto, pria yang lahir 14 Agustus 1945 itu –dua hari menjelang Indonesia merdeka– mengisahkan kala dia bersama rekan-rekannya pada periode 1966 berjuang ingin membubarkan Partai Komunis Indonesia.

Sebelum berkecimpung di dunia politik, Anda juga aktif di organisasi kepemudaan. Apa yang Anda ingat?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak tahun 1966, saya aktif di pergerakan melalui Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia, terutama dalam menentang PKI (Partai Komunis Indonesia). Kami waktu itu berbasis di UI (Universitas Indonesia). Kami mendeklarasikan Tritura –Tri Tuntutan Rakyat.

Deklarasi Tritura –bubarkan PKI, turunkan harga sembako, rombak kabinet seratus menteri– kemudian jadi platform tokoh-tokoh 66.

Pada periode itu, terjadi gelombang demonstrasi menuntut pembubaran PKI. Sementara kondisi ekonomi dari segi ekonomi dan politik kian memburuk. Harga bahan-bahan kebutuhan pokok dan bahan bakar minyak melambung tinggi. Situasi inilah yang melatarbelakangi munculnya Tritura.

Kami yakin PKI terlibat dalam pemberontakan G30S (Gerakan 30 September saat tujuh perwira tinggi militer Indonesia dibunuh). Kami ingin PKI dibubarkan. PKI bertentangan dengan ideologi nasional kita, Pancasila.

Bagi PKI, Pancasila ialah alat pemersatu, tapi kalau sudah bersatu, tidak butuh Pancasila. Karena itu kami tidak yakin PKI tulus menerima Pancasila. Mereka berupaya mengganti Pancasila dengan ideologi komunis.

G30S dalam rangka mengganti Pancasila dengan ideologi komunis itu. Karena itu tuntutan pertama kami bubarkan PKI.

Sampai saat ini sejarah Indonesia pada periode 1965-1966 masih menjadi momok. Di masa itu ratusan hingga ribuan orang diduga dibunuh, ditahan, dan disiksa. Kebenaran mutlak soal itu belum terungkap hingga kini. Akhir tahun lalu, pegiat hak asasi manusia menginisiasi Pengadilan Rakyat Internasional atas Kejahatan Kemanusiaan 1965 di Indonesia yag digelar di Den Haag, Belanda.
Soal tuntutan Tritura lainnya, turunkan harga sembako. Karena harga-harga barang waktu itu naik. Inflasi mencapai 650 persen –tertinggi dalam sejarah Indonesia. Pada masa sesudahnya pun pernah ada inflasi, tapi tidak sampai setinggi itu.

Meski dilakukan perbaikan perekonomian lewat langkah moneter penurunan inflasi supaya taraf hidup dan daya beli masyarakat membaik.

Tuntutan lainnya, bubarkan kabinet seratus menteri, karena tidak mungkin pemerintah berjalan efektif dengan menteri begitu banyak. Harus dibubarkan agar mampu membangun pemerintahan yang efisien, berwibawa, sekaligus bersih.

Kabinet seratus menteri waktu itu dibentuk karena Bung Karno sebagai presiden terdesak. Ia merekrut tokoh-tokoh menjadi menteri sampai seratus. Pertimbangannya bukan kapabilitas, tapi hitungan politik demi memperoleh dukungan politik.

Tritura masih relevan sampai hari ini, dan kami (tokoh-tokoh 66) masih memperingati Tritura pada 10 Januari.

Maksud dari relevan?

Bubarkan PKI. Hanya dengan cara itu kami bisa mengamankan Pancasila dan menjamin ideologi tak berubah. Pancasila sampai sekarang pun harus dijaga.

Turunkan harga. Sekarang pun ekonomi kita masih sulit. Rakyat miskin kesusahan.

Rombak kabinet. Artinya sekarang mari lakukan reformasi birokrasi menuju pemerintahan efektif, efisien, dan bersih.
Ikuti lanjutan wawancara Akbar Tandjung pada bagian berikutnya.
(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER