Akbar Tandjung Khawatir Golkar Hanya Tinggal Nama

Abi Sarwanto | CNN Indonesia
Selasa, 05 Jan 2016 17:11 WIB
Akbar Tandjung meminta kepada dua kubu untuk saling pengertian dan tidak mementingkan keinginan untuk berkuasa, karena hal itu mengancam kelangsungan partai.
Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (kiri) dan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung (kanan) berharap semua pihak menahan ego demi nasib partai yang saat ini tidak memiliki pengakuan dari pemerintah. (Antara Foto/Puspa Perwitasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar hasil Munas Riau Akbar Tandjung menilai konflik kepengurusan terus terjadi dan tidak terselesaikan, maka partai beringin terancam tinggal nama dari kancah perpolitikan nasional.

Menurut Akbar, hal ini akan membuat Golkar tidak lagi dapat mengikuti agenda politik, seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2017. Karena, hingga kini belum ada kepengurusan sah yang diakui Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

"Jadi bisa dikatakan kalau itu kejadian dan masih terus saja, ya tidak mungkin kami bisa ikut Pilkada. Kalau tidak mungkin ikut Pilkada, apa artinya? Bukan papan bawah lagi, tapi bisa dianggap tidak ada," kata Akbar di kantornya, Jakarta, Selasa (5/1).
Akbar berpendapat, jika hal itu benar terjadi dan Golkar tidak dapat mengikuti agenda politik, maka dia yakin akan membuat marah semua pihak, baik kader arus bawah hingga tingkat atas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Marahnya kepada siapa? Kepada orang yang menyebabkan partai tidak bisa ikut," kata Akbar.

Akbar menjelaskan, syarat partai dapat mengajukan calon untuk mengikuti agenda pemilu, seperti Pilkada 2017 harus memiliki kepengurusan yang sah. Hal itu setelah mendapat izin dari Komisi Pemilihan Umum.

Sementara, Akbar mengatakan Golkar kubu Aburizal Bakrie yang mengklaim sebagai pengurus sah, hingga kini masih berjuang mendapat pengakuan Kemenkumham. Aburizal disebutnya juga masih bersikukuh tidak ada Musyawarah Nasional hingga 2019.
"Makanya kami mengusulkan Munas itu. Kalau memang mengutamakan kepentingan partai, apa keberatannya," ujar Akbar.

Dengan Munas, Akbar berkata, akan membuka kesempatan bagi siapapun baik Agung Laksono maupun Aburizal Bakrie untuk dapat berkompetisi secara demokratis dan adil. Namun, Akbar meminta tokoh lain yang berkeinginan memimpin Golkar juga tidak boleh dihalangi.

"Nanti kita lihat siapa yang terpilih dan kita hormati," ucap Akbar.

Perseteruan konflik Golkar saat ini memasuki babak baru. Kelompok Generasi Muda Partai Golkar dan pengurus Golkar versi Munas Ancol mendorong Mahkamah Partai untuk mendesak diadakan Munas. Mahkamah Partai dianggap memiliki dasar hukum.
Sedangkan, melalui rapat konsultasi Partai Golkar hasil Munas Bali kubu Aburizal Bakrie menolak menggelar Munas tahun ini dengan dalih tidak ada dasar hukumnya. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER