Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips Vermonte berpendapat, partai politik harus segera mendeklarasikan kandidat calonnya yang akan maju dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta tahun depan.
"Secepatnya mencalonkan orang dan merumuskan kandidatnya sehingga ada cukup waktu mengenalkannya pada publik," kata Philips seusai menyampaikan rilis mengenai calon independen vis a vis calon partai di Gedung Pakarti, Jakarta, Senin (25/1).
Pendapat itu dia kemukakan untuk menghindari jalan pintas yang digunakan partai politik dalam menjegal lawan politiknya. Penggunaan sentimen yang sifatnya primordial, kata Philips, khawatir dipakai Parpol saat waktu menjelang pemilihan semakin dekat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena waktunya yang mepet, mereka enggak punya strategi yang baik, akhirnya yang dipakai isu primordial. Sebenarnya itu merugikan dalam jangka panjang," tutur Philips.
Dia mengatakan, karakter pemilih di Jakarta tidak tertarik pada isu primordial yang lebih mengumbar rasa kebencian. Isu di Jakarta, menurutnya, isu kebijakan publik.
Saat ini hanya Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang berani menyatakan diri maju kembali dalam kontestasi pilkada mendatang.
Sementara peneliti bidang politik CSIS, Arya Fernandes mengatakan Ahok menjadi calon kandidat Gubernur yang paling kuat.
"Masih cukup berat bagi penantang Ahok untuk bertanding, karena jaraknya cukup jauh, dan belum ada kandidat yang secara resmi mendeklarasikan diri," kata Arya saat menyampaikan rilis.
Meskipun masih ada peluang hingga satu tahun ke depan, namun menurutnya, data hari ini menunjukkan bahwa Ahok sulit ditandingi oleh kandidat calon lain.
"Ahok yg hakulyakin akan maju lagi tahun depan, calon lain masih malu-malu. Saya mendorong kandidat yang didorong untuk maju agar segera mendeklarasikan diri," ujarnya.
Berdasarkan hasil survei CSIS, tingkat popularitas Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta menduduki peringkat pertama, sebanyak 94 persen. Disusul Tantowi Yahya 81 persen dan Ridwan Kamil 71,25 persen.
Sementara tingkat elektabilitas Ahok juga memperoleh peringkat teratas, yaitu 43,25 persen. Di posisi kedua yaitu Ridwan Kamil sebanyak 17,25 persen, disusul Tri Rismaharini sebanyak 8 persen.
Dia menilai, kandidat yang maju menjadi lawan Ahok nantinya akan mempengaruhi perolehan suaranya. Selain itu, komposisi jumlah calon, dua atau tiga pasang, juga ikut mempengaruhi perolehan suara Ahok.
(obs)