Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna mengatakan DKI Jakarta membutuhkan calon-calon pemimpin yang super istimewa. Pernyataan ini disampaikannya menanggapi ramainya dukungan yang diberikan kepada beberapa figur publik untuk maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017.
Yayat beralasan figur istimewa diperlukan lantaran kompleksnya masalah perkotaan di Jakarta. Dia berargumen apakah kandidat-kandidat yang muncul melawan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok punya ide atau gagasan yang lebih brilian dari sang petahana. “Ahok memanfaatkan birokrasi sebagai ujung tombak sebagai mesin kerjanya,” kata Yayat saat dihubungi CNN Indonesia.com, Sabtu (13/2).
Melalui birokrasi, Ahok kata Yayat berhasil menjalankan semua wacana yang pernah dijanjikannya kepada publik. Beberapa contoh di antaranya adalah pembelian bus-bus untuk dipakai sebagai wahana transportasi massal, menata sungai, hingga memecat camat yang dianggap tidak bekerja dengan baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas alasan itulah kandidat-kandidat yang akan maju dalam Pilkada 2017 harus memiliki program luar biasa. “Artinya mengisi 60 persen kekosongan Ahok yang tingkat elektabilitasnya sudah mencapai 30 persen,” ujar Yayat.
Sebagai pemilih, tipikal orang Jakarta memiliki rasionalitas tinggi. Hal ini kata Yayat termasuk dalam golongan hipermodernis. Artinya, masyarakat ibu kota adalah tipikal orang yang apabila punya masalah, hari ini harus selesai. Yang menjadi persoalan sejauh ini katanya adalah para birokrat di Pemprov hanya mengedepankan fisik. Padahal katanya yang terpenting adalah membangun warganya.
Beberapa nama muncul sebagai penantang Ahok. Menurut Yayat pertarungan mendapatkan kursi DKI 1 berbeda dengan mengejar posisi sebagai birokrat pemerintahan. Kalau hanya megandalkan popularitas menurutnya lebih baik mundur. Salah satu figur dari selebritas yang menyatakan diri bakal maju adalah Ahmad Dhani. Musikus kelahiran Surabaya ini mengklaim mendapat dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa(PKB).
“Ini hanya akan menguntungkan partai pengusungnya (PKB) saja. Kandidatnya harus super-super istimewa,” kata Yayat.
Meski terlihat sulit membendung Ahok namun Yayat melihat ada potensi yang bisa dipakai melawan bekas bupati Belitung Timur tersebut. Salah satunya adalah menggaet suara dari akar rumput. Ia melihat Ahok jarang turun ke kampung-kampung meski mendapat dukungan dari media. Kelompok perempuan juga belum mendapat tempat di hati pemimpin Jakarta. Namun, meski begitu pada akhirnya pertarungan menjadi pemimpin DKI satu katanya adalah sebuh persaingan antara kelas menengah atas dan bawah.
(bag)