Emil Urung Maju, Gerindra Akui Ahok Sulit Dikalahkan

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Senin, 29 Feb 2016 15:43 WIB
Urungnya Ridwan Kamil maju di kontestasi Pilkada DKI Jakarta dianggap membuat Ahok sulit dikalahkan menuju kursi Gubernur Ibu Kota untuk kali kedua.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengunjungi kantor Gubernur DKI Jakarta, Kamis (25/2). Hari ini Emil memutuskan tidak ikut Pilgub Jakarta 2017. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra Desmond J Mahesa berpendapat jajarannya tidak perlu menyediakan lawan bagi Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Menurutnya, hingga saat ini hasil survei menunjukkan popularitas dan elektabilitas masih yang tertinggi sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta.

"Enggak ada lawan Ahok. Masa kami cari lawan yang akan kalah?" ujar Desmond J Mahesa di Gedung Nusantara II DPR, Jakarta, Senin (29/2).

Hal itu disampaikannya juga menyikapi keputusan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil untuk tidak ikut bersaing di Pilgub DKI Jakarta mendatang. Keputusan itu diambil karena Ridwan Kamil alias Emil ingin menyelesaikan amanah menjadi Wali Kota Bandung hingga 2018 mendatang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengaku tidak bermasalah atas keputusan tersebut. Menurutnya, keputusan tersebut memperbesar Partai Gerindra mengusung Ahok kembali menjadi di bursa Pilgub DKI Jakarta. Sebelumnya, Gerindra mengusung Ahok menjadi calon wakil gubernur DKI Jakarta, bersama Joko Widodo pada 2012 silam.
Wakil Ketua Fraksi Partai Gerindra ini membantah partai yang dipimpin Prabowo Subianto ini bermusuhan dengan Ahok. "Tidak ada yang kehilangan. Justru kami mau dukung Ahok jadi Gubernur. Seperti yang Ahok bilang, semua itu tidak ada yang bermusuhan," ucapnya.

Namun, dia menekankan Partai Gerindra pada dasarnya belum menentukan siapakah yang akan diusung untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. "Kami lihat perkembangannya. Masa kami mau mendukung calon yang kalah?" katanya.

Sebelumnya, Emil memutuskan tidak maju di Pilkada DKI Jakarta. Hal itu dikarenakan belum selesainya tugas di periode pertama memimpin ibu kota Jawa Barat. Jika sudah menyelesaikan periode kepemimpinan, Ridwan tak menampik kemungkinan bisa bersaing ajang pemilihan kepala daerah, seperti Pilkada Jawa Barat atau Pilkada DKI Jakarta.

Emil mengatakan tingginya elektabilitas Ahok tidak menyebabkan dirinya urung jadi peserta Pilkada DKI Jakarta. Ia mengaku tak gentar menghadapi lawan dalam pilkada yang punya elektabilitas tinggi.
Ia mencontohkan, saat maju dalam Pilkada Kota Bandung 2013, elektabilitasnya hanya 6 persen dan tidak dikenal. Saat itu ia harus menghadapi calon petahana yang punya elektabilitas 30 persen.

Bersama Oded M Danial akhirnya bisa mendapatkan suara 45 persen. Saat itu ia didukung oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Situasi sedikit berbeda, jika Emil maju jadi Calon Gubernur DKI Jakarta. Menurutnya, saat ini elektabilitasnya terbilang tinggi di Jakarta meski tidak melakukan pergerakan politik.

Berdasarkan hasil survei CSIS, tingkat popularitas Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta menduduki peringkat pertama, sebanyak 94 persen. Disusul Tantowi Yahya 81 persen dan Ridwan Kamil 71,25 persen.

Sementara tingkat elektabilitas Ahok juga memperoleh peringkat teratas, yaitu 43,25 persen. Di posisi kedua yaitu Ridwan Kamil sebanyak 17,25 persen, disusul Tri Rismaharini sebanyak 8 persen.
Menurutnya, dengan kondisi seperti itu memenangi Pilgub DKI Jakarta bukan sebuah hal yang mustahil. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER