Jalan bagi Korea Selatan dan Indonesia untuk mewujudkan KF-X/IF-X masih jauh dari selesai. Saat ini kedua negara baru akan memasuki fase kedua proyek KF-X/IF-X, yakni pengembangan rekayasa manufaktur atau pembuatan prototipe.
Total ada tiga fase dalam proyek KF-X/IF-X, yaitu pengembangan teknologi atau pengembangan konsep (technology development), pengembangan rekayasa manufaktur atau pengembangan prototipe (engineering manufacturing development), dan terakhir proses produksi massal.
Kesepakatan Korea Selatan dan Indonesia dibuat tidak untuk ketiga fase itu sekaligus, melainkan dipisah-pisah untuk tiap fase. “Satu fase, satu kontrak,” ujar Anne.
Fase pertama, pengembangan konsep, dimulai Agustus 2011 hingga Februari 2013. Pada fase ini, selama 18 bulan, Indonesia mengirim 52 insinyur ke Korea Selatan. Mereka berasal dari PTDI, TNI AU, Institut Teknologi Bandung, dan Kementerian Pertahanan RI.
Rampungnya fase pertama mestinya diikuti langsung oleh dimulainya fase kedua pada tahun yang sama, 2013. Namun sejumlah peristiwa membuat rencana tertunda, termasuk pemilihan presiden di Korea Selatan dan alotnya transfer teknologi inti jet tempur dari Lockheed Martin AS ke Korsel.
Baru pada 7 Januari 2016 Jakarta dan Seoul akhirnya meneken kontrak kerja sama dimulainya fase kedua proyek PF-X/IF-X, yaitu pembuatan prototipe pesawat. Total ada delapan prototipe yang akan dibuat –enam prototipe terbang, dan dua prototipe tak terbang untuk uji struktur.
Fase kedua yang dimulai tahun 2016 ini akan terentang panjang hingga 10 tahun ke depan, dan ditargetkan rampung pada 2026. Pada fase ini, 200 insinyur Indonesia dikirim ke Korea Selatan secara bergelombang.
Untuk memastikan fase kedua ini berjalan mulus, Indonesia dan Korea Selatan menggelar pertemuan trilateral dengan Amerika Serikat, termasuk Lockheed Martin sebagai pihak yang akan mentransfer teknologi inti untuk KF-X/IF-X.
Meski semula Amerika Serikat keberatan atas transfer teknologi dari Lockheed Martin tersebut, Negeri Paman Sam belakangan melunak.
Korea Selatan dan Indonesia berharap transfer teknologi inti dapat terlaksana. Seperti ucapan melegenda ilmuwan Inggris Francis Bacon: knowledge is power.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT