WAWANCARA KHUSUS

Djarot: Ahok dan Teman-temannya Terlihat Tak Sabar (1)

Lalu Rahadian | CNN Indonesia
Sabtu, 26 Mar 2016 12:03 WIB
Djarot mewanti-wanti Ahok untuk hati-hati jika maju pilkada via jalur independen. Apapun, Djarot memuji Ahok pemberani. Pun, Ahok menyebut Djarot orang jujur.
Awal Maret, Djarot mewanti-wanti Ahok untuk hati-hati jika maju pilkada via jalur independen. (CNN Indonesia/Lalu Rahadian)
Jakarta, CNN Indonesia -- Awal Maret, Djarot Saiful Hidayat mewanti-wanti Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok –Gubernur DKI Jakarta saat ini yang akan kembali bertarung pada Pilkada Jakarta 2017– untuk berhati-hati dengan pilihan yang diambilnya, yakni maju lewat jalur independen, bukan partai politik, seperti yang diinginkan kumpulan relawannya di Teman Ahok.

Djarot, Wakil Gubernur asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang sudah dua tahun tiga bulan mendampingi Ahok memerintah Jakarta itu mengatakan blak-blakan, jalur independen rawan digagalkan. Partai politik, ujar Djarot, ialah salah satu infrastruktur penting dalam pemerintahan yang tidak bisa ditinggalkan.

Pertengahan Maret, peringatan Djarot menjadi kenyataan. Dewan Perwakilan Rakyat yang sedang membahas revisi Undang-Undang Pilkada ramai mewacanakan peningkatan persentase syarat dukungan (electoral threshold) bagi calon independen atau perorangan. Hal tersebut, menurut NasDem yang telah mendeklarasikan dukungannya kepada Ahok dalam Pilkada Jakarta 2017, tak pelak berpotensi menjegal Ahok.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ahok, sebelum menggandeng Kepala Badan Pengelola Keuangan Aset dan Daerah Jakarta Heru Budi Hartono sebagai pasangannya di Pilkada, semula sesungguhnya berniat meneruskan duetnya dengan Djarot. Ahok merasa Djarot pas buatnya. Di mata Ahok, Djarot yang pernah memimpin Blitar selama dua periode ialah sosok yang jujur, tak serakah, dan tak macam-macam.

Namun tentu, Djarot sebagai kader PDIP tak dapat begitu saja maju mendampingi Ahok via jalur independen. Restu partai mesti dikantonginya. Kepada wartawan CNNIndonesia.com, Lalu Rahadian dan Basuki Rahmat Nugroho, Djarot di kantornya Balai Kota DKI Jakarta bercerita tentang pandangan dia terhadap Ahok, juga relasinya dengan sang Gubernur.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan Anda, Ahok, dan PDIP ihwal pencalonan wakil gubernur untuk Pilkada Jakarta 2017?

Sebetulnya kami (PDIP) dengan Pak Gubernur (Ahok) is ok, enggak ada masalah. Saya ditugaskan di Jakarta mendampingi beliau kan juga rekomendasi dari partai, dan kami ditugaskan untuk bisa mengawal jalannya pemerintahan DKI sampai tahun 2017 supaya program-program berjalan baik.

Pada tahun 2012 yang mengusung beliau dan Pak Jokowi (di Pilkada Jakarta) adalah PDI Perjuangan. Maka kami (Djarot dan Ahok) ditugaskan untuk mengawal (pemerintahan Jakarta periode) ini. Selama ini hubungan kerja kami tetap baik saja, enggak ada masalah.

Masih berminat berpasangan dengan Ahok?

Saya sebetulnya enak juga bekerja dengan beliau, bisa saling menutupi (kekurangan) dan sebagainya. Tetapi ingat, 2017 nanti juga ada pilkada. Saya sampaikan pada beliau bahwa saya sebagai Wakil Gubernur itu rekomendasi dari partai. Seumpama saya diminta beliau jadi wakil gubernur lagi, itu juga harusnya atas dasar rekomendasi partai.

Tapi kelihatannya beliau tidak begitu sabar, terutama teman-teman Ahok itu sehingga melalui jalur perseorangan. Ya tidak apa-apa, silakan saja (lewat jalur independen), tapi saya pada posisi tetap fokus (bekerja) sampai tahun 2017.

Bagaimana penilaian Anda sendiri atas Ahok?

Kelebihannya ya luar biasa banyak. Dia tegas, berani, ceplas-ceplos, terbuka, apa adanya, bersih. Kalau kekurangannya, hampir tidak ada. Memang style-nya seperti itu, dan itu satu hal yang biasa.

Pernah berselisih pendapat dengan Ahok terkait penetapan suatu kebijakan?

(Tertawa) Saya kan pasangan sama beliau, selama ini oke oke saja, tidak ada hal yang substansial. Meskipun ada sedikit miss ya, satu miss, tapi kemudian habis itu selesai.

(Miss itu) yaitu waktu saya memberikan dukungan pada masyarakat yang ingin membikin pasar rakyat karena saya selalu menganggap mereka mau membantu kami (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta).

(Saya) bantu masyarakat bikin pasar murah dan sebagainya. Saya izinkan di Senayan waktu itu. Saya belum tahu aturannya sehingga saya berikan surat dukungan. Itu pun saya sampaikan melalui rapat. Tapi ternyata di kemudian hari Pak Gubernur enggak setuju dengan itu sehingga ramai.

Konflik yang dimaksud Djarot terjadi pada pertengahan tahun lalu. Saat itu ada dua acara yang dibuat untuk merayakan ulang tahun DKI Jakarta. Acara pertama adalah Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang digelar di kawasan Kemayoran. Acara kedua yakni Pesta Rakyat Jakarta (PRJ) yang digelar atas persetujuan Djarot di kawasan Senayan.

Tapi setelah itu sudah kami selesaikan. Hanya masalah komunikasi. Jadi biasa sebetulnya. Dalam rumah tangga pun antara suami dan istri ada perbedaan pendapat.

Tapi selama ini oke oke saja. Kami bisa selesaikan dengan baik.

Anda sempat mengingatkan Ahok tentang pentingnya partai politik. Apa sebetulnya maksud Anda? Isyarat apa yang hendak Anda sampaikan?

Pertama, begini ya, kita ini kan sekarang dalam proses konsolidasi demokrasi. Sejak awal reformasi yang diperjuangkan adalah tumbuhnya partai-partai politik yang sehat. Dibukalah saluran yang (bisa memuat) cukup banyak orang untuk berpolitik guna konsolidasi demokrasi itu.

Pada saat itu diikuti juga dengan menjamurnya partai politik. Maka partai politik yang menjamur itu akan terkoreksi dengan sendirinya. Anda ingat dalam Pemilu 1999 kita ada 48 partai politik kalau enggak salah, tapi terus berkurang jumlahnya sampai sekarang.

Ini adalah proses konsolidasi demokrasi. Bagaimanapun partai politik adalah infrastruktur demokrasi yang sangat penting. Dia merupakan infrastruktur negara karena ideologi kita itu menganut paham perwakilan dan musyawarah untuk mufakat. Berbeda dengan pengelolaan pemerintahan pada zaman Yunani Kuno yang tumbuh dengan sistem polis (negara kota).

Ini adalah zaman perwakilan, musyawarah, dan itu membutuhkan partai politik.

Meskipun saya tahu bahwa jalur perseorangan diperbolehkan oleh Undang-Undang, saya melihat jalur perseorangan ini merupakan manifestasi dari berkembangnya nilai-nilai liberal, perorangan, bukan semangat kolektivitas.

Partai politik berusaha untuk melembagakan nilai-nilai politik kepada anggota masyarakat. Partai politik juga menjadi perwujudan kehendak rakyat, maka harus dekat dengan rakyat.

Ketika beliau (Ahok) mengambil jalur perseorangan, saya sampaikan tidak bisa (mendampingi) karena saya tetap melalui partai politik.

Saya digodok, dibesarkan oleh partai politik, dan berjuang bisa sampai sekarang juga melalui partai politik. Dalam partai politik inilah saya mempunyai satu saluran untuk mengaplikasikan keyakinan, ideologi, dan idealisme yang saya punya, dan itu betul-betul terorganisasi dengan baik.

Ketika Pak Ahok mengatakan bahwa ia harus melalui jalur perseorangan, saya sampaikan ‘Silakan saja, tidak apa-apa.’ Tapi ingat bahwa negara ini masih membutuhkan partai politik.

Kedua, dalam pengelolaan tata pemerintahan, kita selalu berhadapan dengan parlemen, DPRD, legislatif. Dalam UU disebutkan bahwa pemerintahan kita adalah eksekutif dan legislatif.  Legislatif itu perwakilan masyarakat yang dibentuk melalui fraksi-fraksi (partai politik). Ini berjalan seiring dengan eksekutif. Sehingga kalau melalui jalur perseorangan, bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan lembaga legislatif?

Saya mengacu bahwa kami, partai politik, juga konstitusional dan berdasarkan UU. Partai politik tidak bisa dibubarkan. Dia hanya bubar dengan sendirinya kalau ditinggalkan rakyat. Kami berharap ke depan partai politik bisa lebih dikerucutkan dan disederhanakan lagi dengan menaikan electoral threshold-nya.

Jadi (jalur perseorangan) ini menurut saya, mohon maaf, ini menganggu konsolidasi demokrasi dan menyebabkan demokrasi akan berangkat dari nol lagi. Memang dalam partai politik ada anggota yang tidak baik, busuk. Maka tugas dari parpol itulah memberi sanksi kepada anggota yang busuk. Tapi saya yakin dalam parpol juga banyak orang baik. Ini yang sebetulnya kami kehendaki.

Ketiga, belajar dari pengalaman, hampir tidak ada di dunia manapun, termasuk di negara yang sangat liberal sekalipun, bisa berkembang dan disusun gerakan yang sifatnya perseorangan. Memang ada partai independen, di Amerika atau Inggris contohnya. Tapi mereka tidak akan berkembang karena konsolidasi demokrasi di sana sudah mantap. Kita masih masa-masa awal reformasi, masih proses konsolidasi.

[Gambas:Video CNN]

Calon PDI Perjuangan di Pilkada Jakarta siapa, dan perbincangan internal partai soal ini bagaimana?

Kalau di PDIP selalu ada mekanisme, ada aturan. Kami akan mengkaji, menyaring, menimbang berbagai macam pasangan bakal calon yang ada sampai saat ini. Tetapi kami juga betul-betul akan survei atau mencari data riil di lapangan terkait apa yang menjadi harapan masyarakat, keinginan mereka. Percuma saja partai politik, khususnya PDIP, merekomendasikan seseorang tetapi itu bertolak belakang dengan harapan masyarakat.

Itu yang kami lakukan dan kami tinggal menunggu momentum yang baik itu seperti apa. Partai sudah mengeluarkan surat edaran untuk masing-masing anggota agar tidak larut dalam kegaduhan ini. Tetap fokus pada menjaga, membangun, mengamankan roda pemerintahan sampai 2017 di DKI Jakarta.

Jadi Anda mau tidak maju di Pilkada Jakarta?

Tidak, saya belum berpikir untuk maju. Saya berpikir sekarang ini fokus untuk membantu Pak Ahok mewujudkan visi misi dan janji politik (yang dibuat) pada 2012. Saya fokus ke situ. Entah nanti diajukan atau tidak (jadi calon), itu urusan nanti.

Pilih satu kata yang bisa mencerminkan hubungan Djarot-Ahok?

Saling melengkapi.

 
Anda mendukung Ahok maju Pilkada?

Semua harus didukung. Yang baik-baik harus didukung. Jangankan Pak Ahok, Pak Haji Lulung mau maju ya saya dukung. Ahmad Dhani ya saya dukung. Kan baik. Ini namanya konstelasi yang baik.

Anda merasa jadi orang nomor dua di Jakarta?

Tidak. Saya merasa menjadi orang biasa saja.

Soal pola hubungan Anda dengan Ahok, ada waktu khusus untuk komunikasi?

Biasanya sore hari atau kalau ada hal-hal yang perlu saya sampaikan kepada beliau dan beliau lagi kosong, maka saya akan datang ke tempat beliau untuk diskusi. Atau bisa juga diskusi lewat WA (WhatsApp).

(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER