Warga Pasar Ikan Bersesakan di Rusun Rawa Bebek

Priska Sari Pratiwi | CNN Indonesia
Rabu, 13 Apr 2016 15:35 WIB
Rusun Rawa Bebek sesungguhnya ditujukan bagi kaum lajang. Tak ada sekat yang membagi ruangan berukuran 4 x 6 meter itu. Semua campur jadi satu.
Rusun Rawa Bebek sesungguhnya ditujukan bagi kaum lajang. Tak ada sekat yang membagi ruangan berukuran 4 x 6 meter itu. Semua campur jadi satu. (CNN Indonesia/Priska Sari Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan warga Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, mulai menempati rumah susun Rawa Bebek di Cakung, Jakarta Timur, pascapermukiman mereka digusur oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Senin kemarin.

Dari enam blok yang ada di Rusun Rawa Bebek, dua unit rusun menjadi jatah warga Pasar Ikan, yakni di Blok A dan F. Kondisinya, menurut mereka, jauh dari memuaskan.

Sebagian warga pasar Ikan merasa terpaksa tinggal di rusun itu. Mereka mengatakan tak punya pilihan lain. Hal itu misalnya dikemukakan oleh Cici yang tak betah di sana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perempuan 37 tahun itu baru tiga hari menempati Rusun Rawa Bebek unit A 127. Menurut Cici, kondisi rusun jauh lebih ramai dan lebih sempit dibanding rumah lamanya di Pasar Ikan.

Unit rusun pun, kata Cici, tak sesuai harapan karena tak memiliki kamar tidur maupun dapur untuk memasak. Tak ada sekat yang membagi ruangan dalam unit rusun berukuran 4 x 6 meter itu.

Ruang tamu, ruang keluarga, hingga ruang tidur bercampur jadi satu. Cici pun mesti tidur berhimpitan bersama ketiga anaknya yang berusia remaja.

Jika ingin memasak, Cici mesti keluar menuju dapur yang berada di lorong unit rusun. Ruangan yang disebut dapur ini adalah lahan seadanya yang diberi kawat besi sebagai pembatas dengan dapur penghuni unit rusun lainnya.
"Memang seperti ini kondisinya. Bingung juga waktu pertama kali pindah ke sini, tapi mau bagaimana lagi," tutur Cici.

Rusun Rawa Bebek, kata Cici, memang ditujukan untuk pekerja yang masih lajang. Itu sebabnya tiap unit rusun dibangun hanya untuk ditinggali satu atau dua orang.

Cici yang sebelumnya mempunyai 16 unit kontrakan di Pasar Ikan kini harus kehilangan salah satu sumber pendapatannya itu.

"Dulu saya punya kontrakan sampai 16 kamar. Tapi sekarang kena gusur semua, hilang sudah penghasilan saya," ucap Cici.

Dari tiap unit kontrakan, Cici bisa memperoleh Rp300 ribu setiap bulannya. Namun saat ini kondisi berbalik bagi Cici. Dia harus membayar unit rusun yang menjadi tempat tinggalnya selama ini. Belum lagi biaya air dan listrik yang harus ia tanggung di luar biaya sewa.

"Tiga bulan awal sih gratis, setelah itu bayar sewa Rp300 ribu per bulan. Bingung bayarnya pakai apa karena pemasukan enggak ada," kata Cici.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pengelola Rusun Rawa Bebek Haerun mengatakan rusunnya sejak awal memang dibangun bagi pekerja lajang, bukan berkeluarga.
Mereka yang menempati Rusun Rawa Bebek kebanyakan adalah petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) hingga pegawai Dinas Perhubungan. Warga rusun yang masih lajang ini mesti membayar biaya sewa sebesar Rp460 ribu per bulan.

"Wajar kalau ukuran unitnya tidak sesuai untuk keluarga. Keluhan (warga Pasar Ikan) rata-rata begitu, sempit," ujar Haerun.

Menurut Haerun, warga Pasar Ikan hanya sementara menempati Rusun Rawa Bebek. Akhir Desember 2016 nanti warga akan dipindahkan ke rusun bagian belakang yang ukurannya lebih luas dan ditujukan bagi keluarga.

"Sekarang pembangunan rusun (bagian belakang) masih berjalan. Mudah-mudahan Desember warga sudah bisa pindah dan menempati unit rusun yang lebih luas," kata Haerun. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER