Gempa Dua Kali Guncang Nias Selatan, Masyarakat Berhamburan

Rosmiyati Dewi Kandi | CNN Indonesia
Minggu, 17 Apr 2016 08:42 WIB
Pusat gempa berada di laut di 35-37 km Tenggara dari Kabupaten Nias Selatan.
Caption Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menunjukkan kepada wartawan titik rawan bencana alam yang terjadi di Indonesia selama 2014, di Jakarta, Kamis (27/11).
Jakarta, CNN Indonesia -- Gempa berkekuatan 5 skala richter (SR) mengguncang Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara sebanyak dua kali pada Minggu (17/4) dini hari. Meskipun tidak berpotensi tsunami, serangkaian gempa tersebut sempat membuat masyarakat panik dan berhamburan ke luar rumah.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelasakan gempa pertama berkekuatan 5 SR terjadi pada pukul 01.08 WIB pada kedalaman 10 km. Sedangkan gempa kedua terjadi dengan kekuatan 5,1 SR pada kedalaman 15 km pada pukul 04.09 WIB. Menurutnya, sumber gempa berasal dari jalur subduksi atau pertemuan lempeng tektonik Hindia Australia dan Eurasia.
 
"Pusat gempa di laut di 35-37 km Tenggara dari Kabupaten Nias Selatan. Gempa tidak berpotensi tsunami," ujuar Sutopo dalam keterangan resmi BNPB, Minggu (17/4).

Meskipun kekuatan gempa cukup kecil, Sutopo mengatakan, namun dirasakan cukup kuat oleh masyarakat setempat karena sumber gempa dangkal dan dekat dengan daratan. Masyarakat di Nias Selatan merasakan guncangan keras selama 15 detik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masyarakat panik dan berhamburan ke luar rumah. Belum ada laporan kerusakan bangunan akibat gempa. Tidak ada korban jiwa. Masyarakat masih merasakan gempa susulan," tuturnya.

Sutopo menerangkan, Kepulauan Nias, Mentawai, Siberut, Simeulue dan pulau-pulau di sebelah Barat Pulau Sumatera adalah daerah rawan tinggi dari gempabumi dan tsunami. Pulau-pulau tersebut terbentuk akibat proses subduksi lempeng tektonik.

Dalam catatan sejarah gempa dan tsunami, lanjutnya, daerah-daerah tersebut pernah mengalami gempa dan tsunami. Meskipun masyarakat memiliki kearifan lokal dalam merespons gempa dan tsunami, namun itu dinilai tidak cukup karena perlu dibarengi dengan mitigasi bencana yang komprehensif.

"Sebagai daerah kepulauan dan aksesibilitas masih terbatas maka perlu terus ditingkatkan sarana prasarana pendukung untuk meningkatkan kapasitas pemda dan masyarakatnya," jelasnya. (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER