Yusril Mau Ubah Status Jakarta Jika Jadi Gubernur

Joko Panji Sasongko | CNN Indonesia
Senin, 23 Mei 2016 06:45 WIB
Yusril ingin Jakarta tak lagi menjadi daerah khusus ibu kota, tapi menjadi salah satu wilayah teritorial yang langsung ditangani pemerintah pusat.
Politisi PBB Yusril Ihza Mahendra saat gelaran pelatihan Pemenangan Pilkada untuk PDI Perjuangan di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Kamis 7 April 2016. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bakal calon Gubernur DKI Jakarta Yusril Ihza Mahendra menyatakan akan mengubah status Provinsi DKI Jakarta menjadi kawasan khusus yang langsung diawasi oleh pemerintah pusat jika terpilih menjadi Gubernur Jakarta. Ia mengatakan, perubahan status kawasan tersebut merupakan langkah untuk menyelesaikan segala permasalahan DKI Jakarta yang selama ini masih ada.

"Saya ingin dalam waktu lima atau sepuluh tahun ke depan Jakarta tidak lagi menjadi daerah kawasan khusus ibu kota, tapi Jakarta itu menjadi salah satu wilayah teritori yang langsung ditangani pemerintah pusat," ujar Yusril saat mengikuti uji kepatutan Cagub DKI Jakarta Partai Demokrat di Gedung Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Jakarta, Minggu (22/5).

Ketua Umum Partai Bulan Bintang ini menuturkan, salah satu alasan diubahnya status Jakarta terkait dengan tumpang tindihnya implementasi berbagai kebijakan. Ia mencontohkan, dalam hal pembangunan infrastuktur untuk mengatasi kemacetan atau banjir, DKI Jakarta kerap berbenturan dengan dua provinsi yang ada di sebelahnya, yaitu Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Oleh karena itu, dengan adanya perubahan status wilayah, Yusril menilai segala permasalahan yang terjadi di DKI Jakarta saat ini bisa diselesaikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut pengacara kondang itu berkata, permasalahan di DKI Jakarta saat ini tidak berubah sejak dahulu, yaitu terkait dengan kemacetan, sampah, banjir, pemukiman, dan urbanisasi. Ia melihat, Pemprov DKI Jakarta saat ini masih belum memahami hakikat dari seluruh masalah tersebut, sehingga proses penyelisain permasalahan tidak berjalan efektif.

Selain itu, kata dia, strategi penyelesaian masalah yang dikeluarkan oleh Pemprov DKI Jakarta masih bersifat parsial. Padahal, menurutnya, permasalahan di Jakarta harus diselesaikan secara konsepsual.

"Dalam menyelesaikan masalah kita harus paham hakikat permasalahan itu. Baru kemudian secara sistematik mencari jalan keluar. Jadi kalau tidak paham hakikat bisa miss konsepsi. Kalau miss konsepsi, bisa salah ambil jalan keluar," ujarnya.

Adapun terkait dengan pilihannya mengikuti tes di Partai Demokrat untuk menjadi cagub Jakarta, Yusril mengaku hal tersebut adalah hal biasa dalam meraih dukungan suara. Ia mengklaim, dahulu mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan Ketua Umum Partai Demokrat pernah menemui dirinya untuk meminta dukungan.

Yusril mengaku hingga kini dirinya telah mendatangi dan mengikuti sejumlah rangkaian kegiatan partai politik agar meraih dukungan di Pilgub 2017 mendatang. Namun ia belum bisa memastikan apakah partai-partai tersebut bisa mendukung pencalonannya.

"Hal ini suatu yang normal. Saya juga ketua partai. Lihat saja nanti Pemilihan Presiden tahun 2019 akan ada ketua partai lain menghampiri saya minta dukungan suara agar menjadi calon presiden," ujarnya.

Belum Mau Buka Suara

Yusril menyatakan belum bisa menyampikan soal program-program yang sedianya akan ditawarkan kepada masyarakat DKI Jakarta jika nantinya terpilih menjadi Gubernur menggantikan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Dia berdalih keenggananannya untuk menyampaikan programnya lebih awal karena khawatir bakal diejek oleh banyak pihak. Pasalanya, sampai saat ini dirinya belum bisa memastikan akan bisa maju sebagai cagub atau tidak.

"Program sudah ada di pikiran saya, tapi saya belum tuliskan. Nanti akan saya tuangkan secara detail dan terbuka jika resmi dicalonkan. Sebab kalo buru-buru menyampaikan, nanti diketawain lagi sama orang," ujar Yusril.

Meski demikian, Yusril mengaku percaya diri bisa mengalahkan Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta jika resmi dicalonkan. Ia melihat, saat ini elektabilitas Ahok cenderung menurun dibandingkan sebelumnya.

"Sebenarnya incumbent punya kans untuk bertahan jika memiliki elektabilitas di atas 65 persen. Tapi sekarang bukan tambah naik, tapi malah turun. Padahal Pilgub DKI masih lama," ujar Yusril.

Sebelumnya, sejumlah tokoh telah mengklaim siap bertarung dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 mendatang, seperti Hasnaeni alias 'wanita emas', mantan Menpora Adhyaksa Dault, dan Staf Ahli Kepala Kepolisian, Inspektur Jenderal Benny Mokalu. Sementara, Ahok mengklaim dirinya akan maju lewat jalur independen berpasangan dengan Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Jakarta Heru Budi Hartono. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER