Jokowi Minta Pengawasan Khusus TKI Cegah Terlibat ISIS

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Selasa, 24 Mei 2016 12:44 WIB
Kepala BNP2TKI Nusron Wahid ditegur Presiden Jokowi soal TKI terindikasi anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (15/5). (CNNIndonesia/Resty Armenia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo menegur Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid soal TKI terindikasi anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Nusron mengatakan, Jokowi meminta pembinaan TKI diperketat mengantisipasi terlibat ISIS.

"Saya dipanggil Pak Presiden, agar memantau khusus jangan sampai TKI terinfiltrasi," kata Nusron di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (24/5).

Pemanggilan Nusron menyusul kunjungan Jokowi ke Korea Selatan pekan lalu (15-18 Mei). Beberapa TKI di Korea terindikasi bergabung jaringan ISIS. Nusron mengatakan, TKI itu telah dipulangkan ke kampungnya, Indramayu, Jawa Barat, dan Pati, Jawa Tengah, sebulan lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


TKI ini merupakan pekerja pabrik dengan kontrak kerja lima tahun. Saat dikembalikan ke Indonesia, mereka telah bekerja selama tiga sampai empat tahun di Negeri Ginseng.

Nusron menuturkan, modus yang digunakan adalah pengajian. Setelah menanyakan maksud pengajian, kata Nusron, TKI menuturkan ingin mati syahid di medan perang.

BNP2TKI berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen Khusus 88 (Anti teror) memberikam materi tentang agama dan kebangsaan. Selain itu juga menggelar workshop kepada pengurus masjid di Korea Selatan agar berhati-hati dengan penyebaran ISIS.


"Semua kami antisipasi terutama melalui edukasi khusus," katanya.

Serupa dengan Nusron, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, perwakilan Indonesia di luar negeri, termasuk Korea Selatan, terus berkomunikasi dengan warga negara Indonesia agar tidak terjebak mengikuti ajaran ekstrem.


"Kami sudah lakukan komunikasi terus mengenai bahayanya paham ekstrem dan terorisme terutama di negara yang banyak konsentrasi WNI," kata Retno. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER