Jayapura, CNN Indonesia -- Kekerasan dan ancaman dialami wartawan di Papua ketika meliput pemungutan suara ulang Pilkada di Kabupaten Mamberamo Raya. Tiga orang wartawan dari media cetak dan elektronik, baik lokal dan nasional sempat diancam dan disandera oleh oknum warga saat meliput kegiatan pilkada ulang tersebut pada Kamis (9/6).
Andika Wamafma, kontributor TVRI ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Sabtu malam (11/6), membenarkan bahwa dirinya diancam oleh oknum warga salah satu pendukung tim sukses calon kepala daerah di Kampung Wayakedi.
"Ketika saya sedang meliput persiapan pencoblosan, tiba-tiba tim sukses dari pasangan calon nomor tiga mendatangi saya dengan sejumlah oknum warga. Mereka menaruh parang di leher saya dan mengarakan anak panah," katanya seperti dikutip dari
Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka juga meminta agar wartawan tidak boleh mengambil gambar, lalu menyita kamera dan kartu pers.
"Setelah PSU baru kamera dan kartu pers saya diserahkan, setelah polisi membantu meminta," kata Andika.
Sementara itu, Tumbur Parlindungan Gultom wartawan Harian Papua Pos yang meliput langsung PSU di Kampung Fona 2 mendapatkan perlakuan yang sama.
"Saya juga diancam dengan parang dan panah saat pencoblosan dimulai. Mereka melarang ambil foto dan menggiring saya ke salah satu pondok dan saya ditahan di sana, hingga evakuasi siang tadi," kata Tumbur.
Sedangkan, Rivando Nay, kontributor MNC TV yang meliput di Kampung Fona 1, juga mengalami hal serupa dengan dua rekannya.
"Mereka ancam saya dengan mengatakan wartawan tidak boleh ambil gambar di kampung Fona 1," katanya.
Baik, Andika, Tumbur, dan Rivando, kini telah berada di Kasonaweja, Ibu Kota Kabupaten Mamberamo Raya setelah dievakuasi menggunakan helikopter dari tiga kampung yang berbeda.
Mereka kini telah bersama sejumlah rekan lainnya yang juga meliput PSU ulang di Kabupaten Mamberamo Raya.
(obs)