'Brexit' dan 36 Jam Kegilaan Mudik Bekasi-Purwokerto

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Senin, 04 Jul 2016 15:03 WIB
Seorang pelaku mudik menceritakan pengalaman perjalanan Bekasi-Purwokerto selama 36 jam, dari yang normalnya bisa ditempuh dalam 8-9 jam saja.
Seorang pelaku mudik menceritakan pengalaman perjalanan Bekasi-Purwokerto selama 36 jam, dari yang normalnya bisa ditempuh dalam 8-9 jam saja. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengalaman pahit harus dialami oleh seorang pemudik bernama Fathya Kharisma (25). Ia merupakan salah satu dari ribuan pemudik yang menjadi korban kepadatan lalu lintas di pintu keluar Tol Brebes Jawa Tengah yang belakangan dikenal dengan nama 'Brexit' atau Brebes Exit.

Akibatnya ia dan keluarga harus merasakan perjalanan mudik selama 36 jam dari Bekasi, Jawa Barat menuju Purwokerto, Jawa Tengah. Padahal normalnya perjalanan Bekasi-Purwokerto hanya memakan waktu 8-9 jam menggunakan mobil.

Selepas adzan maghrib Sabtu (2/7), Fathya beserta anggota keluarganya meninggalkan rumahnya di daerah Margahayu Bekasi menuju kampung halaman orang tuanya di Purwokerto. Perjalanan mulus tanpa hambatan berarti ia rasakan sepanjang jalur Tol Cikampek hingga Tol Cipali. Perjalanan Bekasi-Tol Cipali ia tempuh dengan waktu 5 jam saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, kepadatan lalu lintas mulai ia rasakan sejak hendak keluar Tol Kanci dan memasuki Tol Brebes pukul 23.00 WIB.

"Macet mulai dirasakan waktu mau masuk Brebes, ketika saya lihat di aplikasi Waze di ponsel jalurnya sudah merah semua. Perasaan saya setelah Brebes macetnya pasti parah. Saya langsung pasrah," ujar Fathya bercerita kepada CNNIndonesia.com, Senin (4/7).

Firasat yang ia rasakan tersebut benar terjadi. Untuk berjuang keluar Tol Brebes ia harus menghabiskan waktu selama 24 jam. Selepas Brebes ia pun harus merasakan macet lebih dari 7 jam di arah Tegal menuju Purwokerto. Ia beserta keluarga akhirnya berhasil menginjakan kaki di Purwokerto pada Senin (4/7) pukul 8.30 pagi.

"Di tol keluar Brebes itu tidak ada petugas yang mengatur lalu lintas, baru setelah keluar Tegal ada petugas yang mengarahkan," ujarnya.

Rasa kantuk dan lelah tidak bisa terhindarkan. Ia pun harus bergantian posisi dengan sang kakak yang telah menyupir sejak berangkat dari Bekasi. Untungnya, ia sudah mempersiapkan diri dengan mengisi penuh bahan bakar sehingga tidak perlu antri keluar masuk pom bensin untuk mengisi bensin.

Ia mengaku telah menghabiskan dana sebanyak Rp500 ribu hanya untuk kebutuhan bahan bakar saja.

"Mau istirahat juga tidak bisa. Mau ke pom bensin atau rest area harus antri sampai 2 jam. Bergantian nyopirnya supaya bisa istirahat, tapi bangun-bangun juga masih di tempat yang sama. Pokoknya, ini mudik terparah yang pernah saya alami," katanya.

Selain Fathya, pengalaman pahit juga harus dirasakan Indriani Wijianti (32). Keinginan untuk merasakan Lebaran di kampung halamannya di Slawi, Tegal, harus ia tebus dengan menembus macet selama 24 jam dari rumahnya di kawasan Industri Cikarang Bekasi. Lamanya perjalanan itu ia rasakan bersama suami dan anaknya yang baru berusia 7 bulan.

Ia menilai perjalanan mudik dengan membawa bayi ternyata lebih sulit dari yang ia perkirakan.

"Saya punya bayi baru 7 bulan. Mau tidak mau harus rajin bolak-balik ke rest area untuk ganti popok," jelas Indri.

Akibat harus antri keluar masuk rest area, Indri juga harus rela mengeluarkan uang hampir Rp400 ribu hanya untuk membayar parkir dan membeli makanan dan minuman selama di perjalanan.

"Pokoknya mudik tahun ini lebih repot dibandingkan dengan tahun lalu," katanya. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER