Jakarta, CNN Indonesia -- Istri Abu Wardah alias Santoso, Jumiatun Muslimayatun alias Delima ditangkap di Tambarana, Poso, Sulawesi Tengah.
Menurut Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, saat ditangkap Atun tidak bersenjata.
"Nah karena tidak bersenjata ya harus hidup (istri Santoso). Karena prinsipnya TNI adalah tidak boleh menembak orang yang tidak bersenjata karena dalam operasi apapun juga TNI selalu menjunjung tinggi hak asasi manusia," ujar Gatot di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (23/7), dilansir
Detikcom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Gatot, saat penyergapan oleh Tim Alfa dari Batalyon 515 Rider Kostrad, Santoso didampingi istrinya dan satu wanita.
Santoso dan anak buahnya, Mokhtar alias Kahar, bersenjata lalu disergap, sedangkan istri Santoso dan satu wanita yang tidak bersenjata tidak ditembak dan diperintahkan untuk mengejar.
"Saya belum memastikan apakah itu istrinya Santoso tapi seorang wanita disergap oleh Batalion 303 Rider Kostrad," ucap dia.
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar membenarkan bila istri Santoso ditangkap. Penangkapan Atun dilakukan pagi tadi sekitar pukul 09.30 Wita. Atun selanjutkan akan dibawa ke Palu.
"Iya benar (berhasil ditangkap) di Tambarana," kata Boy Rafli saat dikonfirmasi.
Jenazah Santoso Diambil KeluargaJenazah Santoso dan Mokhtar yang tewas dalam baku tembak
antara Satgas Tinombala dengan kelompok teroris Santoso di Pegunungan Tambarana, sekitar pukul 17.00 WITA, Senin (18/7), kini sudah dijemput keluarga masing-masing untuk dikebumikan.
"Sudah, tadi pagi. Mereka datang bersamaan di RSU Bhayangkara untuk mengambil jenazah itu," kata Kabid Humas Polda Sulteng Ajudan Komisaris Besar
Hari Suprapto, yang dihubungi melalui telepon, seperti lansir
Antara.
Kepolisian sudah mengizinkan keluarga Santoso dan Mukhtar mengambil jenazah tersebut di RS Bhayangkara karena pemeriksaan terhadap kedua jenazah sudah selesai.
Seorang staf Humas Polda Sulteng mengaku tak tahu persis di mana kedua jenazah akan dikuburkan. Namun berdasarkan keterangan yang dikumpulkan
Antara, jenazah Santoso sedang dalam perjalanan menuju Poso untuk dikebumikan di Desa Langangan, Kecamatan Poso Pesisir. Sementara Mokhtar akan dikuburkan di Kelurahan Tawaeli, Kota Palu.
Jenazah Santoso dan Mokhtar dievakuasi dari Poso ke RSU Bhayangkara pada Selasa (19/7) untuk diperiksa oleh tim DVI (
disaster victims identification) Polri guna memastikan jenazah tersebut adalah benar Santoso dan Mokhtar.
Hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa jenazah tersebut benar-benar adalah Santoso, pemimpin kelompok sipil bersenjata yang melakukan berbagai aksi teror di Poso.
(rel)