Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian menyatakan kerusuhan di Tanjungbalai, Sumatera Utara, terjadi karena renggangnya komunikasi antartetangga. Padahal menurutnya, provinsi itu merupakan barometer kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
"Sebenarnya lebih kepada permasalahan miskomunikasi antartetangga, karena ini semua adalah penduduk lama, bukan penduduk baru," kata Tito saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (31/7).
Sebagai barometer kerukunan umat beragama di Indonesia, Tito mengimbau kepada masyarakat setempat, khususnya di Tanjung Balai, agar menahan diri dan tetap menjaga toleransi antarumat beragama dan sesama warga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Barometer kerukunan umat beragama di Indonesia adalah di Sumatera Utara," tambahnya.
Dia menjelaskan, kerusuhan itu diawali karena adanya protes dari seorang warga terkait pengeras suara yang berasal dari masjid. Persoalan itu, kata Tito, awalnya telah diredam oleh petugas keamanan setempat.
"Ada warga keturunan yang berbicara agak keras, ini sudah diselesaikan di tingkat lingkungan," kata Tito.
Namun perdebatan masih saja berlangsung, sehingga persoalan itu dibawa ke Polsek setempat. Ketika masalah itu tengah diselesaikan di tingkat Polsek, penyebaran informasi yang berbau provokatif terkait masalah itu menyebar melalui media sosial.
"Warga kemudian ramai secara sporadis melakukan kekerasan, khususnya pembakaran, ada 3 rumah, kendaraan, wihara, dan klenteng," kata Tito.
Polisi menahan sembilan orang yang diduga terlibat dalam kejadian itu. Tujuh orang di antaranya diduga melakukan penjarahan, sedangkan dua orang lainnya terekam kamera CCTV sedang melakukan kekerasan saat peristiwa itu terjadi.
Atas kejadian itu, pertemuan pun dilakukan oleh Kapolda Sumatera Utara dengan tokoh masyarakat dari Forum Komunikasi Umat Beragama, kesatuan TNI baik dari Komandan Kodim maupun satuan TNI Angkatan Laut yang berada dekat lokasi kejadian.
"Sampai Sabtu pagi situasi sudah terkendali, kejadian pada hari Jumat sampai Sabtu dini hari," ucap Tito.
Tito menilai, masalah itu pada dasarnya bisa diselesaikan melalui komunikasi yang baik demi mencari jalan keluar untuk mencegah kerusuhan. Persoalan ini menurutnya bisa diselesaikan oleh pejabat pemerintah daerah. "Ini masalah bertentangga," ujarnya.
Selain masalah kehidupan bertetangga, menurut Tito, ada persoalan kesenjangan ekonomi yang menjadi akar masalah tersebut.
"Ada juga masalah lain, seperti kesenjangan ekonomi di Tanjungbalai yang bisa menjadi salah satu akar masalah," kata Tito.
Siang ini, Tito baru tiba dari Sumatera Utara setelah mendatangi lokasi kerusuhan. Kemarin, Tito langsung memantau ke tempat kejadian dan memimpin pertemuan dengan pemerintah daerah setempat.
Sebelumnya, terjadi kerusuhan berbau SARA di Kota Tanjungbalai yang diduga karena adanya keberatan dari seorang etnis Tionghoa atas volume azan yang dikumandangkan di salah satu masjid.
Tanpa diduga, informasi itu cepat menyebar dan berujung pada kerusuhan yang berbau SARA. Perisitiwa itu menyebabkan sebelas rumah ibadah milik umat Buddha dirusak massa.
(pit)