Jakarta, CNN Indonesia -- Koalisi partai politik pengusung petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tak gentar menghadapi Koalisi Kekeluargaan yang terdiri dari tujuh partai politik. Dua gabungan partai tersebut akan berlomba pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017.
Beranggotakan tiga Golkar, NasDem, dan Hanura serta relawan Teman Ahok, Ketua DPD Golkar Jakarta Fayakhun Andriadi menyebut koalisinya solid dan tidak akan memutar haluan dengan berbalik menantang Ahok.
"Surat dukungan resmi dari tiga parpol, yang ditandatangani setiap ketua umum dan sekretaris jenderal. Sudah kami serahkan semua ke Ahok," kata Fayakhun saat dihubungi, Senin (8/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fayakhun menilai, manuver dengan membalik dukungan terhadap Ahok akan membawa blunder dan tidak etis bagi tiga partai tersebut. Hal ini disebutnya turut mempengaruhi elektabilitas partai saat berbalik menjadi lawan Ahok.
Ketua DPP Partai Hanura Dadang Rusdiana pun memastikan tiga partai pengusung Ahok tidak akan berkhianat dengan dukungan yang telah diberikan. Kemungkinan itu disebutnya hampir mustahil terjadi.
"Jadi kemungkinannya 0,0000000001 persen," tulis Dadang melalui pesan singkat.
Dadang berpendapat, siapapun di antara tiga partai yang berkhianat harus siap menghadapi konsekuensi untuk gagal pada pemilu tahun 2019.
Sedangkan, anggota Dewan Pakar NasDem Taufiqulhadi memprediksi, koalisi tiga partai pengusung Ahok akan menang melawan Koalisi Kekeluargaan yang beranggotakan PDI Perjuangan, Gerindra, Demokrat, PAN, PKB, PKS dan PPP.
Menurutnya, Ahok masih diinginkan masyarakat Jakarta. Kepercayaan masyakarat terhadap Ahok diklaimnya sebagai modal kampanye murah untuk memenangkan Pilkada DKI Jakarta.
Sementara itu, Taufiqulhadi mempertanyakan langkah Koalisi Kekeluargaan yang sudah bersepakat membangun koalisi tanpa mengusung satu nama calon.
"Menurut saya, cari orang dulu baru koalisi. Bukan koalisi dulu baru cari orang. Di situ saja ingin saya katakan, koalisi ini sudah tertinggal di belakang," ucapnya saat dihubungi.
Taufiqulhadi juga ikut mengomentari sosok Wali Kota Tri Rismaharini yang disebut akan didorong sebagai calon gubernur dari tujuh partai anggota koalisi tersebut.
Risma, kata Taufiqulhadi, akan maju setengah hati lantaran dipaksa menjadi calon gubernur. Sosok yang setengah hati, menurutnya, tidak akan maksimal meski memiliki elektabilitas tinggi.
"Saya ingin beritahukan, kalau seseorang itu dipaksakan, dan sebenarnya tidak terlalu berminat, walaupun dengan berbagai strategi juga tetap saja elektabilitasnya tidak akan mendongkrak," ujarnya.
(abm)