Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Kepala Badan Intelijen Negara A.M. Hendropriyono tak mempermasalahkan latar belakang calon pemimpin BIN Komisaris Jenderal Budi Gunawan yang berasal dari kepolisian. Menurutnya, calon pemimpin tak hanya dilihat dari latar belakang lembaganya, tetapi juga kapasitasnya sebagai administrator yang mampu bekerja sama dengan pihak lain.
"Seorang pemimpin harus bisa bekerja sama dengan siapa saja dan harus bisa membawa siapa saja ke arah tujuan," kata Hendro saat ditemui di Kantor Wakil Presiden, Kamis (8/9).
Menurut Hendropriyono, BG, sapaan Budi Gunawan, memiliki kualifikasi tersebut. Ia menilai BG sebagai administrator yang baik sehingga otomatis memiliki kemampuan manajamen yang mumpuni.
Hendro pun yakin BG bisa memimpin BIN dan menjalankan fungsinya dengan lebih baik lagi, meski dia bukan berasal dari jajaran militer. "Dari manajemen yang baik itu saya kira
leadership-nya (BG) juga baik. Oleh karena itu, saya kira (BG) tak akan ada masalah," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pencalonan BG memang sempat diragukan beberapa pihak. Latar belakangnya yang berasal dari Kepolisian dinilai tidak cocok dengan institusi BIN yang banyak dihuni orang-orang yang berasal dari unsur militer.
Pihak yang meragukan itu khawatir masuknya BG sebagai pemimpin BIN akan mengganggu soliditas lembaga tersebut.
Alasan tersebut memang sangat mendasar. Sebab, dalam sejarahnya, kursi kepemimpinan BIN hampir selalu diduduki oleh tokoh dari kalangan militer.
Tercatat, sejak berubah nama menjadi BIN pada tahun 1999, hanya Sutanto yang berasal dari unsur kepolisian. Selebihnya, lima pemimpin BIN yang lain selalu berasal dari kalangan militer.
Kelima tokoh itu adalah Letnan Jenderal (Purn) Arie J. Kuma'at (1999-2001), Jenderal (Purn) A.M. Hendropriyono (2001-2004), Mayor Jenderal (Purn) Syamsir Siregar (Desember 2004-Oktober 2009), Letnan Jenderal (TNI) Marciano Norman (Oktober 2011-Juli 2015), dan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sutiyoso (Juli 2015-sekarang).
(wis/rel)