Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah korban tewas bencana banjir bandang di Garut, Jawa Barat, bertambah menjadi 20 orang. Sementara 14 lainnya masih hilang. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut, ada sembilan anak menjadi korban dalam bencana itu dan empat anak masih berstatus hilang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, petugas terus mengidentifikasi jenazah korban. Masih ada enam jasad yang belum teridentifikasi.
"Saat ini pencarian dan penyelamatan korban masih terus dilakukan Tim SAR gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, Tagana, PMI, relawan, dan masyarakat," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Rabu 921/9).
Akibat bencana ini, ratusan orang kehilangan tempat tinggal. Mereka kini ditampung di Markas Komando Resor Militer (Korem) 062/Tarumanegara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di pos pengungsian, pos komando, dan dapur umum telah didirikan BPBD. "Bupati Garut menunjuk Dandim (Komandan Kodim) sebagai komandan tanggap darurat," ujar Sutopo.
Kebutuhan mendesak saat ini adalah dana siap pakai untuk operasional penanganan darurat, beras serta paket makanan.
Masyarakat dihimbau untuk terus meningkatkan kewaspadaan dari ancaman banjir dan longsor. Pasalnya, hujan diperkirakan akan terus meningkat hingga puncaknya Januari 2017.
Sutopo mengatakan, La Nina dan hangatnya perairan laut di Indonesia menyebabkan hujan melimpah, lebih besar dari normalnya sehingga dapat memicu banjir dan longsor.
Di Garut, banjir bandang yang terjadi dipicu hujan deras sejak pukul 19.00 WIB kemarin. Curah hujan tinggi menyebabkan debit Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri naik cepat. Pukul 20.00 WIB banjir setinggi lutut kemudian sekitar jam 23.00 WIB banjir setinggi 1,5 - 2 meter. Saat ini sebagian banjir sudah surut.
"Ini (banjir) menunjukkan kondisi hulu daerah aliran Sungai Cimanuk sudah rusak dan kritis," kata Sutopo.
(sur/obs)