Jakarta, CNN Indonesia -- Pilkada DKI Jakarta 2017 dianggap sejumlah kalangan sebagai perjudian besar bagi banyak kekuatan politik dan tokoh sentral di dalamnya, termasuk Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Tak tanggung-tanggung, SBY disebut menggunakan anaknya sendiri, Agus Harimurti Yudhoyono, untuk berjudi.
Perjudian akbar itu dimulai saat SBY menyetujui usul anggota partai Poros Cikeas untuk mengajukan putra sulungnya sebagai calon gubernur Jakarta. Padahal Agus sama sekali belum punya pengalaman di pemerintahan, dan karier militernya tengah menanjak.
Melepas dunia kemiliteran untuk terjun ke jagat politik yang penuh ketakpastian, sungguh pertaruhan serius bagi sang putra mahkota. Ia bakal menghadapi turbulensi dan gegar kultur, namun dituntut untuk cepat beradaptasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini perjudian politik SBY. Agus dimunculkan tapi bukan Agus yang punya ambisi. Ambisi SBY dan keluarganya yang mengorbankan Agus. Agus terlihat seperti boneka Cikeas," kata Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran Muradi kepada
CNNIndonesia, Jumat (23/9).
Berdasarkan pengamatan Muradi, nama Agus muncul salah satunya karena SBY merasa sekarang adalah waktu yang tepat. Selain itu, SBY merasa tak bisa mengandalkan orang lain dalam pertarungan politik ibu kota yang juga akan bergema sebagai pembuka Pemilu Presiden 2019.
SBY becermin dari pengalamannya dahulu saat membuka pintu bagi seluruh kader Demokrat untuk bersaing. Namun, kebebasan politik yang ia berikan justru menyebabkan dia tak mampu mengontrol kader partainya sendiri.
"Yang dijual SBY itu, Agus masih muda, berkarisma, fisik bagus, serta punya kemampuan, pendidikan, dan militer," kata Muradi.
Padahal, menurut Muradi, SBY harus melihat sisi lain. Pilihan SBY berjudi di Pilkada Jakarta harus mempertimbangkan konsekuensi yang muncul dalam hidup Agus.
Sudah jelas kini karier militer Agus tamat. Kerja keras yang selama ini dilakukan Agus di dunia militer akan percuma. Padahal ia dipandang berada di jalur yang tepat untuk merintis jalan menuju Panglima TNI.
Pencapaian Agus di kemiliteran dianggap akan melampaui SBY. Ia dilihat sebagai model transformasi militer Indonesia dari tradisional ke tentara profesional modern. Agus pun memiliki kemampuan dalam bidang tempur, akademik, serta kecakapan memimpin.
"Sekitar 10-15 tahun ke depan, Agus akan menjadi pemimpin TNI. Ia punya segala potensi itu," kata Muradi.
Agus merupakan lulusan terbaik Akademi Militer tahun 2000. Ia menyandang gelar Adhi Makayasa. Agus juga menjabat Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kemuning.
Bukan hanya itu, Agus menyelesaikan pendidikan militernya dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4 di US Army Command and General Staff College (CGSC), Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat.
"Ini perjudian hidup buat Agus. Jika kalah, ia harus
recovery sebagai mantan tentara untuk hidup normal. Akan menjadi antiklimaks hidupnya yang kini sedang
on the track menuju kesuksesan," kata Muradi.
Meski tentu saja, tak ada pembelajaran dalam hidup yang sepenuhnya sia-sia. Hal itu setidaknya dikemukakan oleh peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes.
Justru karier gemilang dan kompetensi Agus di dunia militer itu yang berpotensi menjadi kunci kesuksesan dia di masa depan, pun meski tak lagi menjadi tentara.
“Memunculkan Agus, dengan mengorbankan karier militernya, adalah pilihan berat bagi SBY. Tapi SBY selalu memikirkan sesuatu dengan matang. Dengan bersedia mencalonkan Agus, SBY pelan-pelan akan mengurangi perannya di Partai Demokrat, dan memajukan Agus untuk memimpin Demokrat,” kata Arya kepada
CNNIndonesia.com.
Agus Yudhoyono, dengan demikian, diproyeksikan akan mewarisi takhta sang ayah sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Agus sendiri tampaknya sadar benar dengan risiko kehidupan barunya. Dalam pidato di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Demokrat, untuk beberapa saat dia terlihat tak mampu membendung emosinya.
[Gambas:Video CNN]Usai mengucapkan terima kasih kepada para senior dan prajuritnya di TNI Angkatan Darat, Agus terdiam. Matanya berkaca-kaca. Ia kemudian menarik napas dan lanjut berpidato.
"Saya siap untuk pengabdian yang lain di dunia politik dan pemerintahan. Sejatinya dari TNI saya belajar bahwa mengabdi untuk masyarakat tidak mengenal batas waktu dan tidak mengenal wilayah penugasan," ucapnya.
Dengan ucapan itu, Agus membuka gerbang baru dalam hidupnya. Ia, dan keluarga besar Yudhoyono, terlibat perjudian besar.
(rel/agk)