'Perpecahan Partai Bisa Kikis Elektabilitas Ahok-Djarot'

Wishnugroho Akbar | CNN Indonesia
Senin, 26 Sep 2016 22:11 WIB
Membelotnya sejumlah kader partai di Pilkada DKI Jakarta juga mencerminkan mekanisme pengambilan keputusan di partai yang tidak demokratis.
Calon petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat yang didukung oleh PDIP, Partai Hanura, Partai Golkar dan NasDem. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perpecahan yang dialami Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar dan Partai Hanura diprediksi bakal mempengaruhi elektabilitas pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat di Pilkada DKI Jakarta, 2017 mendatang.

Belakangan, sejumlah partai pendukung Ahok tengah mengalami perpecahan. Ada sebagian kader yang tidak menyetujui keputusan Dewan Pimpinan Pusat yang mendukung pasangan Ahok-Djarot.

Perpecahan itu pertama kali terjadi di tubuh PDIP. Mantan Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDIP DKI Jakarta, Boy Sadikin melayangkan surat pengunduran diri hanya beberapa hari setelah DPP memutuskan mendukung Ahok-Djarot di Pilkada DKI Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam surat yang beredar di media, Boy memaparkan tiga alasan dirinya memilih mundur sebagai kader PDIP. Intinya, ia mundur karena aspirasinya tentang kepala daerah DKI Jakarta tak sejalan dengan keputusan DPP.

Setelah PDIP digoyang keretakan, giliran Golkar mengalami hal serupa. Sebanyak 11 kader muda Golkar, di antaranya Sirajuddin Abdul Wahab dan Indra J Piliang, mengkritik keputusan DPP Partai Golkar yang mendukung Ahok.

Sirajuddin bahkan mendeklarasikan barisan relawan pendukung Agus Yudhoyono Fans Club (AFC) pada Senin (26/9). Dalam pernyataannya, Sirajuddin mengklaim ada sekitar 100 kader di tingkat DPP dan DPD yang sejalan dengan dirinya.

Pembentukan AFC ikut dihadiri dan didukung oleh Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang Partai Hanura, Rudy Silfa.

Kepada wartawan, Rudy juga menyatakan bahwa ada cukup banyak kader Hanura di tingkat cabang hingga ranting yang mendukung Agus-Sylviana atau Anies Baswedan-Sandiaga Uno daripada mendukung Ahok-Djarot.

Pengamat politik senior dari LIPI, Siti Zuhro mengatakan, membelotnya sejumlah kader dari partai pendukung Ahok sangat mungkin mempengaruhi perolehan suara Ahok di Pilkada DKI nanti.

"Kalau hanya mundur tentunya tak akan berpengaruh. Tetapi kalau mundur atau menolak, lalu ikut mendukung pasangan lawan, hal itu sedikit banyak akan berpengaruh. Sekecil apapun, akan berpengaruh. Apalagi jika mereka memiliki massa," kata Siti kepada CNNIndonesia.com

Tidak Demokratis

Perbedaan di internal partai tak hanya dialami oleh koalisi pendukung Ahok. Di kubu pasangan Agus-Sylviana, perpecahan juga terjadi. Sedikitnya dua kader Partai Demokrat yang cukup populer, yakni Hayono Isman dan Ruhut Sitompul, malah mendukung pasangan Ahok-Djarot.

Fenomena tersebut, kata Siti, mencerminkan bahwa mekanisme pengambilan keputusan yang penting di tingkat partai, belum berjalan demokratis.

"Masih tertutup, elitis, tidak transparan dan tak bisa dipertanggungjawabkan yang akhirnya menimbulkan friksi dan faksi," kata Siti.

Partai politik, menurut Siti, harus segera mengakhiri mekanisme yang tidak demokratis tersebut. Sebab, jika dibiarkan terus berlanjut, hal itu akan semakin mempercepat terjadinya proses deparpolisasi atau ketidakpercayaan rakyat terhadap partai politik. (wis)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER