Jakarta, CNN Indonesia -- Tokoh pers Siti Latifah Herawati Diah dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Jumat (30/9). Ia disemayamkan di samping makam suaminya yang pernah menjabat Menteri Penerangan, Burhanuddin Mohammad Diah.
Selama 40 menit, upacara pemakaman Herawati dilakukan secara militer, dipimpin Jenderal (Purn) Agum Gumelar. Prosesi yang berjalan khidmat itu berjalan di bawah guyuran hujan.
Usai pemakaman, Agum mengatakan, Herawati telah memberikan sumbangsih besar untuk negara. Menurutnya, generasi muda patut melanjutkan perjuangan Herawati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya menyampailan bela sungkawa sebesar-besarnya. Indonesia telah kehilangan putri bangsa terbaik," ujar Agum.
Herawati wafat pada usia 99 tahun di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, Jumat dini hari tadi pada pukul 04.20 WIB.
Putra ketiga Herawati, Nurman Diah, mengatakan ibundanya menghembuskan nafas terakhir setelah menderita gagal paru-paru sejak 29 Agustus lalu.
"Awalnya ibu mengalami pembengkakan pembuluh darah. Tapi kemudian paru-parunya terkena virus dan selalu basah," kata Nurman.
Nurman mengenang Herawati sebagai perempuan tangguh dan tegas. Ia juga menyebut Herawati sebagai sosok yang memiliki jiwa sosial dan peduli pada pendidikan.
"Ibu selalu menekankan kepada kami agar menjalankan segala sesuatu dengan benar, meraih pendidikan yang tinggi dan selalu santun terhadap orang lain," ucap Nurman.
Jejak karier jurnalistik Herawati bermula ketika ia diterima menjadi jurnalis lepas untuk kantor berita United Press International pada 1942. Setelah itu, ia juga bekerja di
Radio Hosokyoku dan koran
Asia Raya.
Bersama BM Diah, Herawati mendirikan
Harian Merdeka dan koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia,
The Indonesian Observer.
(abm)